Kisah yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 35, ayat ke-16, membawa kita pada momen tragis dalam perjalanan bangsa Israel yang masih dalam tahap permulaan. Ayat ini secara ringkas menggambarkan salah satu peristiwa paling menyakitkan dalam kehidupan Yakub: kematian istri tercintanya, Rahel, saat melahirkan anak bungsunya, Benyamin.
Perjalanan Yakub dan keluarganya dari Betel menuju Efrata bukanlah sekadar perpindahan fisik. Ini adalah babak penting dalam narasi iman, sebuah perjalanan yang penuh dengan janji dan tantangan. Setelah mengalami perjumpaan yang mendalam dengan Allah di Betel, Yakub dipanggil untuk kembali ke tanah leluhurnya. Namun, seperti sering terjadi dalam kisah-kisah Alkitab, jalan yang telah diberkati oleh Tuhan pun seringkali tidak luput dari ujian berat.
Rahel, yang menjadi kesayangan Yakub, telah lama merindukan seorang anak. Penantian panjangnya akhirnya berbuah, namun sukacita kehamilan itu harus berakhir dengan kesedihan yang mendalam. Ayat 16 memberikan gambaran tentang kesulitan persalinan yang dialami Rahel. Kata "sukar" atau "sulit" dalam terjemahan asli menyiratkan adanya perjuangan berat dan mungkin komplikasi yang mengancam nyawa. Ini adalah momen kritis yang menghadirkan ketegangan luar biasa bagi seluruh keluarga Yakub.
Kematian Rahel bukan hanya menjadi kehilangan pribadi yang sangat besar bagi Yakub, tetapi juga meninggalkan luka emosional yang mendalam. Rahel adalah simbol cinta dan kesetiaan bagi Yakub, wanita yang ia cintai dan rela bekerja bertahun-tahun untuk mendapatkannya. Kehilangan dia di tengah perjalanan, saat momen kelahiran anak mereka, pasti terasa sangat pahit.
Peristiwa ini juga memiliki dampak teologis yang signifikan. Kematian Rahel di dekat Betlehem (yang kemudian dikenal juga sebagai Efrata) menandai sebuah ironi yang pedih. Di tempat yang seharusnya menjadi awal baru dan berkat, justru berakhir dengan duka yang mendalam. Namun, di balik kesedihan itu, terdapat makna yang lebih luas. Melalui kelahiran Benyamin, garis keturunan Yakub terus berlanjut, membentuk fondasi bagi dua belas suku Israel. Rahel, meskipun meninggal, turut berkontribusi dalam pemenuhan janji Allah kepada Abraham mengenai keturunan yang banyak.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kehidupan, bahkan dalam konteks panggilan dan janji ilahi, seringkali dilalui dengan air mata dan kehilangan. Namun, di tengah kesulitan tersebut, Allah tetap hadir dan berdaulat. Rahel mungkin telah meninggalkan dunia ini, tetapi warisannya hidup dalam keturunan dan sejarah bangsa pilihan Allah. Pelajaran dari Kejadian 35:16 mengajarkan kita tentang kekuatan iman dalam menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu mudah, sekaligus menegaskan bahwa rencana Allah seringkali bekerja melalui cara-cara yang tidak terduga, bahkan di tengah duka.