Kejadian 5:31

"Dan Lamekh hidup seratus delapan puluh dua tahun, lalu memperanakkan seorang laki-laki. Ia menamai anaknya Nuh, katanya: 'Dengan anak ini, yang akan menjadi penghibur bagi kita dalam kesusahan kita, yang berasal dari tanah yang dikutuk Tuhan.'"

Ilustrasi Pohon Kehidupan dan Keluarga Gambar stilistik pohon rindang dengan akar kuat, melambangkan kehidupan, dan siluet keluarga kecil di dekatnya, mewakili harapan dan kelangsungan generasi.

Ayat dari Kitab Kejadian pasal 5, ayat 31 ini membawa kita pada momen penting dalam silsilah sebelum Air Bah. Ayat ini mencatat kelahiran Nuh, tokoh sentral yang di kemudian hari menjadi juruselamat manusia dan hewan dari malapetaka besar. Nama "Nuh" sendiri memiliki arti yang mendalam, seperti yang diungkapkan oleh ayahnya, Lamekh: "Dengan anak ini, yang akan menjadi penghibur bagi kita dalam kesusahan kita, yang berasal dari tanah yang dikutuk Tuhan."

Pernyataan Lamekh ini mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang kondisi manusia saat itu. Kehidupan di bumi pada masa itu telah dibayangi oleh dosa dan konsekuensinya, termasuk kutukan atas tanah dan segala bentuk kesusahan yang menyertainya. Manusia hidup dalam perjuangan yang berat, terbebani oleh keadaan yang jauh dari kesempurnaan taman Eden. Dalam konteks inilah, kelahiran Nuh menjadi sebuah harapan yang sangat dinantikan.

Peran Nuh sebagai "penghibur" bukan hanya sekadar harapan akan datangnya seorang anak yang membawa sukacita pribadi bagi keluarganya. Lebih dari itu, ia diharapkan menjadi agen perubahan, seseorang yang akan membawa pemulihan dan kelegaan di tengah penderitaan yang meluas. Frasa "yang berasal dari tanah yang dikutuk Tuhan" menegaskan kembali realitas kehidupan yang sulit, namun sekaligus menyiratkan bahwa Nuh akan menjadi bagian dari solusi ilahi terhadap masalah tersebut.

Kehidupan Nuh sendiri menjadi bukti panggilan dan otoritas ilahi yang diterimanya. Kisah dalam Kitab Kejadian selanjutnya merinci bagaimana Nuh hidup "benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah" (Kejadian 6:9). Ketaatannya yang luar biasa di tengah dunia yang penuh kebejatan inilah yang membuatnya dipilih oleh Tuhan untuk menyelamatkan keluarganya dan menjadi titik awal kehidupan baru setelah Air Bah.

Ayat Kejadian 5:31 mengingatkan kita bahwa bahkan di masa-masa tergelap sekalipun, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya tanpa harapan. Selalu ada janji pemulihan dan rencana penyelamatan yang bekerja melalui individu-individu yang dipilih-Nya. Kelahiran Nuh adalah tonggak penting yang menandai dimulainya babak baru dalam sejarah keselamatan, sebuah pengingat akan kasih karunia Tuhan yang terus-menerus mencari cara untuk memulihkan hubungan-Nya dengan ciptaan-Nya.

Secara rohani, kita bisa melihat Nuh sebagai gambaran awal dari Mesias, Yesus Kristus, yang pada akhirnya membawa penghiburan dan penyelamatan sejati dari segala kesusahan dan kutukan dosa. Seperti Nuh yang membangun bahtera untuk menyelamatkan, Kristus membangun jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Kisah Nuh, dimulai dari ayat sederhana ini, adalah bagian integral dari narasi ilahi yang terus berlanjut hingga penebusan terakhir.