"Berkata kepada Musa: Masuklah menghadap Firaun, sebab Aku mengeraskan hatinya dan hati para pegawainya, supaya Aku melalukan tanda-tanda mujizat ini di antara mereka, dan supaya kamu dapat menceritakan kepada anak-anakmu dan cucu-cucumu bagaimana Aku telah bertindak terhadap orang Mesir, dan tanda-tanda mujizat mana yang telah Kuperbuat di antara mereka, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN." (Keluaran 10:1-2)
Perjalanan keluar dari tanah Mesir.
Kisah keluaran dari tanah Mesir, seperti yang tertera dalam pasal 10 hingga 14 kitab Keluaran, merupakan salah satu narasi paling fundamental dalam sejarah Israel. Pasal-pasal ini merinci serangkaian peristiwa dramatis yang mengarah pada pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir di bawah kepemimpinan Musa dan Harun. Bagian ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga sarat dengan makna teologis dan pesan moral yang mendalam.
Kita diperlihatkan bagaimana Allah, melalui Musa, berulang kali menghadapi keteguhan hati Firaun. Sepuluh tulah yang ditimpakan atas Mesir bukanlah kebetulan belaka, melainkan serangkaian tanda dan keajaiban yang dirancang untuk menunjukkan kuasa Allah yang Maha Esa atas dewa-dewa Mesir dan untuk menguji serta mengalahkan kesombongan Firaun. Setiap tulah, mulai dari air menjadi darah, datangnya katak, nyamuk, lalat pikat, penyakit sampar pada ternak, barah, hujan es, belalang, gelap gulita, hingga kematian anak sulung, semuanya memiliki tujuan spesifik. Tujuannya adalah agar bangsa Israel tahu bahwa TUHAN adalah Allah mereka, dan agar bangsa-bangsa lain pun mengetahuinya.
Puncak dari serangkaian tulah ini adalah kematian anak-anak sulung Mesir, yang akhirnya meluluhkan hati Firaun. Dalam kepedihan dan keputusasaan, Firaun akhirnya mengizinkan bangsa Israel untuk pergi. Momen inilah yang dirayakan sebagai Paskah, sebuah peringatan tahunan tentang bagaimana Allah "melewati" rumah-rumah orang Israel ketika Ia menghukum Mesir. Kurban anak domba tanpa cacat dan darahnya yang dioleskan pada tiang pintu rumah menjadi tanda perlindungan ilahi.
Pasal 14 mengisahkan tentang pelarian bangsa Israel yang mengejutkan dan penuh keberanian. Mereka meninggalkan Mesir dengan tergesa-gesa, membawa serta harta benda dan ternak mereka. Namun, kegembiraan kebebasan segera dihadapkan pada ketakutan baru ketika Firaun, yang hatinya kembali dikeraskan, bersama pasukannya mengejar mereka hingga ke tepi Laut Merah. Gambaran pasukan Mesir yang gagah berani dan bangsa Israel yang merasa terperangkap di antara lautan dan musuh menciptakan ketegangan yang luar biasa.
Di sinilah keajaiban yang paling monumental terjadi. Allah memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya dan mengulurkannya ke atas laut. Angin timur yang kuat bertiup sepanjang malam, membuat laut menjadi daratan kering, dan air terbelah menjadi dua dinding di sebelah kiri dan kanan. Bangsa Israel berjalan menyeberang dengan aman di atas dasar laut yang kering. Ketika pasukan Mesir mencoba mengejar, Allah menyuruh Musa mengulurkan tongkatnya lagi. Air laut kembali menutupi pasukan Firaun, menenggelamkan mereka semua. Tidak ada seorang pun yang selamat.
Peristiwa di Laut Merah bukan hanya menjadi bukti kuasa Allah yang luar biasa dalam penyelamatan umat-Nya, tetapi juga menjadi fondasi identitas bangsa Israel. Mereka kini bukan lagi budak, melainkan umat yang dibebaskan oleh tangan Allah yang kuat. Pengalaman ini menanamkan rasa terima kasih, kepercayaan, dan kesadaran akan perjanjian mereka dengan Tuhan. Kisah keluaran 10-14 memberikan pelajaran abadi tentang kedaulatan Allah, kesetiaan-Nya kepada janji-Nya, dan bagaimana Dia bertindak untuk membawa umat-Nya keluar dari penindasan menuju kebebasan dan kepenuhan.
Memahami keluaran 10 14 membantu kita mengapresiasi kedalaman rencana ilahi dan kuasa penebusan yang ditawarkan. Ini adalah kisah tentang harapan, keberanian, dan campur tangan Allah yang ajaib dalam kehidupan manusia.