"Makanlah roti yang tidak beragi mulai dari petang hari tanggal empat belas bulan pertama sampai petang hari tanggal dua puluh satu bulan itu."
Ayat Keluaran 12 ayat 18 merupakan bagian penting dari narasi mengenai Perayaan Paskah dalam tradisi Yahudi, yang juga memiliki makna mendalam bagi umat Kristen. Perintah ini dikeluarkan oleh Tuhan kepada Musa dan Harun, menandai dimulainya sebuah perayaan yang akan menjadi pengingat abadi akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Pesan utama dari ayat ini adalah tentang konsumsi roti yang tidak beragi selama tujuh hari, dimulai dari petang hari tanggal empat belas bulan pertama hingga petang hari tanggal dua puluh satu bulan tersebut. Roti yang tidak beragi, atau dalam bahasa Ibrani disebut matzah, melambangkan ketidaksabaran dan ketergesaan bangsa Israel saat mereka meninggalkan Mesir. Mereka tidak memiliki waktu untuk membiarkan adonan roti mengembang, sebuah simbol dari kesiapan mereka untuk segera merdeka.
Perayaan Paskah, yang dimulai dengan perintah ini, bukan sekadar sebuah ritual tahunan. Ia adalah sebuah peringatan akan kuasa Allah yang luar biasa dalam membebaskan umat-Nya dari penindasan. Roti yang tidak beragi menjadi pengingat visual dan tastatif akan pengalaman bersejarah ini. Tradisi ini terus dijalankan hingga kini, menjadi jembatan antara generasi, mengingatkan mereka akan akar spiritual dan sejarah mereka.
Dalam konteks yang lebih luas, Paskah juga memiliki resonansi spiritual yang signifikan bagi umat Kristen, di mana ia dihubungkan dengan pengorbanan Yesus Kristus. Pembebasan dari perbudakan Mesir dilihat sebagai bayangan dari pembebasan yang lebih besar dari dosa dan kematian melalui kebangkitan Kristus. Roti yang tidak beragi dapat diartikan sebagai kesederhanaan dan kemurnian yang harus dijaga oleh umat percaya, menjauhi "ragi" dosa dan kejahatan.
Mematuhi perintah seperti yang tertulis dalam Keluaran 12:18 adalah bentuk ketaatan dan penghormatan. Ini menunjukkan kesediaan untuk mengingat dan menghargai tindakan penyelamatan yang telah dilakukan. Makna Paskah, yang berakar pada ayat-ayat seperti ini, mendorong refleksi tentang kebebasan, pengorbanan, dan janji penebusan. Perayaan ini mengajarkan pentingnya mengenang masa lalu agar dapat menjalani masa depan dengan harapan dan rasa syukur yang mendalam.
Oleh karena itu, Keluaran 12:18 lebih dari sekadar instruksi kuliner. Ia adalah sebuah perintah sakral yang menjadi inti dari perayaan Paskah, sebuah simbol kuat dari pembebasan, kesiapan, dan komitmen spiritual yang terus hidup lintas generasi. Memahami dan merenungkan makna di balik perayaan ini dapat membawa pengertian yang lebih kaya tentang iman dan sejarah.
Pelajari lebih lanjut tentang tradisi Paskah dan makna roti tak beragi.