Keluaran 28 & 43: Kekudusan dan Pertobatan

"Perintah-perintah ini, yang Engkau berikan kepadaku, haruslah disimpan dalam hati orang-orang Israel." (Keluaran 6:7)

Memahami Keluaran 28: Perintah untuk Kekudusan

Kitab Keluaran pasal 28 merupakan babak penting dalam narasi perjanjian Allah dengan bangsa Israel. Pasal ini menguraikan secara rinci instruksi ilahi mengenai pakaian kebesaran bagi Harun dan keturunannya, yang akan melayani sebagai imam di hadapan Tuhan. Ini bukan sekadar soal estetika; setiap helai kain, setiap permata, dan setiap detail memiliki makna simbolis yang mendalam. Pakaian imam ini dirancang untuk memantulkan kemuliaan, kekudusan, dan otoritas Allah.

Melalui pakaian imam, Allah menunjukkan kepada umat-Nya tentang keagungan-Nya yang tak tertandingi. Baju efod, tengkuluk, dan loh dada yang berhiaskan permata menunjukkan kekayaan dan keindahan ciptaan ilahi. Batu oniks dan batu-batu berharga lainnya yang tertulis nama dua belas suku Israel pada loh dada melambangkan tanggung jawab imam untuk senantiasa membawa seluruh umat di hadapan Tuhan dalam doa dan persembahan. Ini adalah pengingat visual yang kuat tentang pentingnya kekudusan dalam mendekati pribadi Allah yang kudus. Perintah ini menekankan bahwa pelayanan di hadapan Tuhan haruslah dilakukan dengan hormat, integritas, dan pemahaman akan kesucian-Nya.

Simbol Kekudusan dan Permata Imam

Keluaran 43: Pertobatan dan Pemulihan

Beralih ke pasal 43, kita menemukan gambaran yang berbeda namun saling melengkapi. Jika pasal 28 berbicara tentang kekudusan dan tata cara ibadah yang benar, maka pasal 43, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam bagian kitab yang sama, dapat diinterpretasikan sebagai refleksi penting tentang konsekuensi penyimpangan dari kekudusan tersebut dan seruan untuk pertobatan. Dalam konteks narasi Keluaran yang lebih luas, pelanggaran hukum Allah sering kali membawa akibat yang berat. Namun, Allah yang penuh kasih selalu menyediakan jalan kembali bagi umat-Nya yang bersedia merendahkan hati dan bertobat.

Membaca pasal ini dalam semangat keluaran 28 dan 43, kita diajak untuk merenungkan bagaimana kegagalan untuk mempertahankan kekudusan dapat menyebabkan keterasingan dari hadirat Allah. Ketika umat Israel berpaling dari perintah-perintah-Nya, mereka menghadapi konsekuensi yang menyakitkan, sering kali berupa hukuman dan pembuangan. Namun, janji Allah selalu menyertai mereka: "Jika umat-Ku, yang disebut dengan nama-Ku, merendahkan diri dan berdoa, dan mencari wajah-Ku, dan bertobat dari jalan-jalan mereka yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan akan mengampuni dosa mereka dan akan menyembuhkan negeri mereka." Ini adalah inti dari pesan pertobatan.

Keluaran 43, dalam semangatnya, mengingatkan kita bahwa Allah tidak menginginkan kepatuhan lahiriah semata, tetapi hati yang tulus dan mau belajar. Pertobatan sejati melibatkan pengakuan dosa, penyesalan yang mendalam, dan tekad untuk berbalik dari jalan yang salah menuju jalan kebenaran. Ketika kita mendekati Allah, kita harus melakukannya dengan menyadari kekudusan-Nya, sebagaimana diilustrasikan dalam Keluaran 28, dan dengan hati yang siap untuk diperbaiki, seperti yang tersirat dalam seruan pertobatan yang selalu relevan. Kedua aspek ini—kekudusan yang harus dijaga dan pertobatan ketika kita jatuh—adalah pilar fundamental dalam hubungan yang sehat dengan Allah.

Pelajaran dari kedua bab ini sangat berharga bagi kehidupan rohani kita. Kita dipanggil untuk hidup kudus, meniru kekudusan Allah dalam segala aspek kehidupan kita, seperti yang diperintahkan melalui detail pakaian imam. Namun, kita juga menyadari kerapuhan kita sebagai manusia. Ketika kita tergelincir, pesan Keluaran yang lebih luas, yang mencakup semangat pertobatan, memberikan harapan. Allah selalu siap menerima kembali mereka yang berseru kepada-Nya dengan hati yang hancur dan kerinduan yang tulus untuk memperbaiki hubungan. Mengintegrasikan prinsip-prinsip dari keluaran 28 dan semangat 43 memungkinkan kita untuk tumbuh dalam iman, berjalan dalam kekudusan, dan senantiasa menemukan pemulihan dalam kasih karunia Allah.