Ayat ini dari Kitab Keluaran, bagian yang menceritakan perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa. Peristiwa ini terjadi setelah Musa turun dari Gunung Sinai untuk kedua kalinya, membawa loh-loh hukum yang baru setelah yang pertama hancur. Dalam momen yang penuh kekudusan dan kehadiran Tuhan, Musa bertemu langsung dengan Sang Pencipta. Hasil dari perjumpaan ilahi ini sangat luar biasa: wajah Musa memancarkan cahaya. Cahaya ini bukanlah cahaya biasa, melainkan pantulan dari kemuliaan Tuhan yang ia alami. Ini adalah bukti nyata bahwa manusia dapat dibentuk dan diubah oleh hadirat Tuhan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kedekatan dengan Tuhan memiliki dampak transformatif yang nyata. Wajah Musa, yang tadinya biasa, kini menjadi bercahaya. Ini bisa diartikan sebagai simbol kebenaran, kemurnian, dan otoritas ilahi yang diberikan kepadanya sebagai perwakilan Tuhan bagi umat-Nya. Orang-orang Israel menyaksikan perubahan ini dengan takjub dan rasa hormat. Mereka melihat bahwa Musa bukan sekadar pemimpin, tetapi seseorang yang telah disentuh dan dikuduskan secara istimewa oleh Allah.
Namun, cerita ini juga memiliki sisi lain yang menarik. Musa, meskipun membawa kemuliaan Tuhan di wajahnya, justru memilih untuk menutupinya dengan selubung. Mengapa Musa melakukan ini? Ada beberapa interpretasi yang bisa diambil. Pertama, mungkin untuk melindungi umatnya dari cahaya yang terlalu terang dan memukau, yang bisa membuat mereka takut atau kewalahan. Kedua, ini bisa menjadi simbol kerendahan hati Musa, di mana ia tidak ingin menarik perhatian pada dirinya sendiri, melainkan tetap mengarahkan fokus kepada Tuhan. Penting untuk diingat bahwa kemuliaan yang terpancar bukanlah miliknya, melainkan karunia dari perjumpaannya dengan Tuhan.
Keluaran 34:35 mengajarkan kita tentang kekuatan dan efek dari hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Ketika kita menghabiskan waktu dalam hadirat-Nya, membaca firman-Nya, dan berdoa, kita juga dapat mengalami transformasi. Meskipun mungkin bukan dalam bentuk fisik yang terlihat seperti Musa, transformasi itu akan termanifestasi dalam karakter kita, cara kita berbicara, cara kita bertindak, dan kedamaian yang kita pancarkan. Kehidupan yang berpusat pada Tuhan akan selalu memancarkan "sinar" yang berbeda, yang dapat memberkati dan menginspirasi orang di sekitar kita. Selubung yang dikenakan Musa juga mengingatkan kita bahwa meskipun kita membawa pesan dan anugerah Tuhan, fokus kita harus selalu pada Sumbernya, bukan pada diri kita sendiri.
Kisah Musa dan wajahnya yang bercahaya adalah pengingat abadi bahwa kehadiran ilahi mengubah. Ia adalah inspirasi bagi setiap orang yang merindukan untuk lebih dekat dengan Tuhan dan membiarkan terang-Nya bersinar melalui kehidupan mereka, baik secara internal maupun eksternal, dalam segala situasi yang dihadapi.