"Dan Bezaleel membuat tabut itu dari kayu penaga, dan ia menyalutnya dengan emas murni, dari sebelah dalam dan dari sebelah luar, dan ia membuat bingkai emas padanya di sekelilingnya."
Simbol kemuliaan dan keindahan ciptaan.
Ayat dari Kitab Keluaran pasal 37, ayat 6, membawa kita pada gambaran detail dari pembuatan Tabut Perjanjian. Perintah ilahi bukan hanya tentang fungsi, tetapi juga tentang kemuliaan dan keindahan yang harus terpancar dari setiap elemen kemah suci. Bezaleel, seorang pengrajin yang dipilih Tuhan, dengan mahir melaksanakan tugasnya, menggunakan kayu penaga yang kuat dan kokoh sebagai fondasi. Namun, keajaiban sesungguhnya terletak pada pelapisan emas murni.
Emas, sebagai logam mulia yang melambangkan kemurnian, kekayaan, dan kejayaan, dipilih bukan tanpa alasan. Lapisan emas dari sebelah dalam dan luar Tabut bukan hanya sekadar hiasan estetis. Ini adalah representasi visual dari kesucian ilahi yang membungkus kehadiran Tuhan. Di dunia kuno, emas sering kali diasosiasikan dengan para dewa dan kerajaan. Dengan melapisi Tabut Perjanjian dengan emas, Tuhan sendiri menegaskan kekudusan dan kemuliaan-Nya yang tak tertandingi.
Perintah untuk melapisinya "dari sebelah dalam dan dari sebelah luar" menunjukkan perhatian yang cermat terhadap setiap aspek. Tidak ada bagian yang terlewatkan dari penegasan kemuliaan ini. Dari luar, Tabut tampak megah, memancarkan keagungan yang layak bagi hadirat Sang Pencipta. Dari dalam, lapisan emas ini seolah-olah menjadi cerminan dari kesucian hati yang harus dimiliki oleh umat-Nya ketika mendekat kepada-Nya. Ini adalah pengingat visual bahwa hubungan dengan Tuhan menuntut ketulusan dari lubuk hati terdalam.
Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan pembuatan "bingkai emas padanya di sekelilingnya." Bingkai ini, kemungkinan besar, berfungsi sebagai hiasan sekaligus pengaman struktur, namun dalam konteks spiritual, ia menambah kesempurnaan pada keseluruhan desain. Ini menunjukkan bahwa bahkan detail terkecil pun memiliki nilai dan tujuan dalam rencana ilahi. Desain yang rapi dan berbingkai emas ini tidak hanya memancarkan keindahan visual, tetapi juga menegaskan kerapian dan keteraturan yang Tuhan inginkan dalam penyembahan kepada-Nya.
Keluaran 37:6 ini, bersama dengan keseluruhan deskripsi pembuatan Kemah Suci, mengajarkan kita banyak hal. Pertama, Tuhan peduli pada detail. Ia menetapkan standar yang tinggi, bahkan untuk hal-hal yang tampak kecil. Kedua, Dia menginginkan umat-Nya untuk memberikan yang terbaik dalam penyembahan kepada-Nya, menggunakan materi yang paling berharga dan pengerjaan yang paling teliti. Ketiga, keindahan materi seperti emas digunakan untuk mencerminkan atribut ilahi-Nya yang tak terbandingkan – kesucian, kemuliaan, dan kekayaan rohani.
Dalam konteks modern, kita mungkin tidak membangun Tabut Perjanjian secara fisik. Namun, prinsip-prinsipnya tetap relevan. Bagaimana kita mendekati Tuhan dalam doa kita? Apakah kita memberikan perhatian yang sama terhadap "kemurnian dalam" dan "kerapian luar" hati kita? Apakah kita berusaha untuk memberikan yang terbaik dari diri kita, bakat kita, dan sumber daya kita untuk kemuliaan-Nya? Memahami Keluaran 37:6 mengingatkan kita bahwa penyembahan yang sejati adalah perpaduan harmonis antara bentuk dan substansi, antara keindahan luar dan ketulusan dalam, semuanya diarahkan untuk menghormati Tuhan yang layak menerima segala kemuliaan.