Simbol Kebersamaan dan Penyucian
Kitab Keluaran pasal 39 dan 40 mengisahkan tentang penyelesaian dan pendirian Kemah Suci, sebuah pusat ibadah dan kehadiran Allah di tengah-tengah umat Israel. Bagian ini bukan sekadar catatan teknis mengenai pembangunan, melainkan sebuah narasi mendalam tentang ketaatan, kepekaan terhadap perintah ilahi, dan persiapan umat untuk menyambut hadirat Tuhan. Seluruh proses pembangunan dan pendirian Kemah Suci merupakan manifestasi dari perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Setiap detail, dari bahan yang digunakan hingga urutan pendiriannya, memiliki makna spiritual yang kaya.
Perintah-perintah yang diberikan kepada Musa sangat rinci. Mulai dari persiapan bahan-bahan seperti emas, perak, tembaga, kain berwarna-warni, hingga alat-alat yang akan digunakan. Pasal 39 secara spesifik merinci bagaimana semua barang-barang itu dibuat sesuai dengan rancangan yang telah diberikan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai. Ini menunjukkan betapa pentingnya presisi dan ketelitian dalam pekerjaan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Setiap elemen Kemah Suci, termasuk Efod, Papan Nama Imam, Jubah Imam, serta Tabut Perjanjian, semuanya dibuat dengan hati-hati dan penuh hormat.
Pendirian Kemah Suci pada pasal 40 menandai sebuah era baru bagi bangsa Israel. Setelah semua persiapan selesai, Musa diperintahkan untuk mengurapi Kemah Suci, mezbah, bejana, serta Harun dan anak-anaknya. Proses pengurapan ini adalah simbolisasi penyucian, pemisahan, dan penyerahan diri untuk melayani Tuhan. Harun dan putranya disucikan untuk menjadi imam, tugas mulia yang menjembatani umat dengan Allah. Ini adalah fondasi dari sistem imamat yang akan berlangsung selama berabad-abad, sebuah pengingat konstan akan kebutuhan akan perantara yang kudus.
Puncak dari seluruh rangkaian peristiwa ini adalah ketika awan menutupi Kemah Suci, dan kemuliaan TUHAN memenuhi tempat itu. Ini adalah tanda yang paling nyata bahwa Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya. Kehadiran Ilahi ini bukan hanya memberikan perlindungan dan bimbingan, tetapi juga memberikan pengharapan dan kepastian bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan mereka di padang gurun. Sejak saat itu, awan yang menuntun mereka pada siang hari dan api pada malam hari menjadi penunjuk arah dan simbol kehadiran Tuhan yang konstan.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan total kepada firman Tuhan, ketekunan dalam setiap detail pekerjaan yang kita lakukan untuk-Nya, serta kepercayaan bahwa Tuhan akan selalu hadir dan memimpin mereka yang berserah kepada-Nya. Pendirian Kemah Suci adalah permulaan dari hubungan yang lebih intim antara manusia dan Sang Pencipta, sebuah gambaran foreshadowing dari hubungan yang lebih sempurna yang akan datang.