"Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas segala sungai, ke atas saluran air, dan ke atas kolam, dan timbulkankah katak-katak naik ke atas tanah Mesir."
Ayat ini dari Kitab Keluaran mengisahkan salah satu dari sepuluh tulah yang ditimpakan kepada Mesir sebagai bentuk penolakan Firaun untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Keluaran 8:5 secara spesifik berbicara tentang datangnya tulah katak. Ini bukan sekadar cerita kuno, melainkan sebuah narasi yang kaya akan makna dan pelajaran bagi kehidupan modern kita. Keluaran 8:5 menunjukkan betapa kekuatan ilahi dapat berinteraksi dengan dunia fisik, mengubah aliran alam untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.
Tulah katak adalah tanda peringatan yang sangat gamblang. Katak yang biasanya hidup di air, tiba-tiba memenuhi setiap sudut tanah Mesir, mulai dari rumah raja hingga ke dapur para hamba. Ini adalah gambaran tentang invasi yang tak terhindarkan, sesuatu yang datang dari tempat yang tidak terduga dan mengganggu ketenangan serta kebersihan. Dalam kehidupan kita, seringkali kita dihadapkan pada masalah-masalah yang terasa tiba-tiba dan melimpah, seperti gejolak ekonomi, ketidakpastian karier, atau tantangan pribadi yang seolah datang beriringan. Keluaran 8:5 mengingatkan bahwa bahkan dalam situasi yang tampak kacau, ada campur tangan ilahi yang sedang bekerja.
Perintah dalam Keluaran 8:5 kepada Musa untuk "mengulurkan tanganmu dengan tongkatmu" menyimbolkan otoritas dan kuasa yang diberikan oleh Tuhan. Tongkat Musa adalah alat yang sering digunakan untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan, baik saat memimpin bangsa Israel melintasi Laut Merah maupun dalam peristiwa-peristiwa lainnya. Ini mengajarkan kita bahwa ketika kita menghadapi kesulitan, kita tidak sendirian. Kita dipanggil untuk mengulurkan tangan, bukan dalam keputusasaan, tetapi dalam iman, memohon pertolongan dari Sumber kekuatan tertinggi. Seperti bangsa Israel yang menantikan pembebasan mereka, kita juga bisa mencari solusi dan kekuatan melalui doa dan penyerahan diri.
Keluaran 8:5 juga secara implisit berbicara tentang konsekuensi dari ketidaktaatan. Penolakan Firaun untuk mendengarkan Tuhan secara berulang kali membawa malapetaka yang semakin besar. Hal ini menjadi pengingat penting bagi kita untuk selalu menempatkan ketaatan sebagai prioritas dalam hidup kita. Ketika kita menolak untuk mendengarkan suara kebenaran atau tuntunan yang diberikan, kita membuka diri pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Keluaran 8:5 menggambarkan bagaimana hal-hal yang seharusnya menjadi bagian dari alam dapat menjadi sumber gangguan dan kesusahan ketika alam itu sendiri diperintahkan untuk bertindak di luar fungsinya.
Pada akhirnya, kisah dalam Keluaran 8:5, meskipun tentang tulah, adalah bagian dari rencana pembebasan yang lebih besar. Ini adalah proses menuju kemerdekaan bangsa Israel dari perbudakan. Bagi kita, ini bisa diartikan sebagai sebuah pengingat bahwa kesulitan seringkali merupakan bagian dari perjalanan menuju pertumbuhan dan kebebasan yang lebih besar. Ketika kita melihat "katak-katak" yang muncul dalam kehidupan kita, entah itu masalah kecil atau tantangan besar, marilah kita ingat bahwa Tuhan memegang kendali. Keluaran 8:5 mengajarkan kita untuk mengandalkan kuasa-Nya, berserah dalam iman, dan terus melangkah menuju tujuan yang lebih baik, di mana berkah mengalir jernih setelah badai berlalu.