Kisah Rasul 10:18, Panggilan Ilahi dan Kebangkitan Iman
Dan ia berseru: "Petrus, turunlah, usahakanlah dan makanlah."
Kisah Rasul 10:18 merupakan sebuah titik balik krusial dalam sejarah Kekristenan, menandai pergeseran signifikan dalam pemahaman tentang siapa yang dapat menjadi bagian dari umat Allah. Ayat ini, "Dan ia berseru: 'Petrus, turunlah, usahakanlah dan makanlah,'" keluar dari penglihatan yang dialami oleh Rasul Petrus di Yope. Penglihatan ini bukan sekadar mimpi biasa, melainkan sebuah wahyu ilahi yang dirancang untuk menantang prasangka dan mengubah perspektifnya, serta, melalui dirinya, gereja mula-mula.
Sebelum pengalaman ini, kaum Yahudi Kristen, termasuk Petrus, masih terikat pada hukum Taurat yang membedakan antara makanan halal dan haram. Lebih dari itu, mereka juga memiliki pandangan yang kuat tentang pemisahan antara orang Yahudi dan non-Yahudi (bangsa-bangsa lain). Bangsa lain dianggap tidak najis dan tidak layak untuk bersekutu atau berbagi dalam janji-janji keselamatan yang telah diberikan kepada Israel. Namun, Tuhan berkehendak lain.
Dalam penglihatan itu, Petrus melihat langit terbuka dan sebuah wadah besar yang turun kepadanya, berisi segala macam binatang berkaki empat, binatang menjalar, dan burung-burung. Suara ilahi kemudian memerintahkannya untuk menyembelih dan memakannya. Ketika Petrus menolak karena ia tidak pernah makan sesuatu yang haram atau najis, suara itu menegaskan, "Apa yang telah disucikan Allah, jangan kamu sebut najis lagi." Penglihatan ini terulang tiga kali, menekankan urgensi dan kebenaran pesannya.
Ayat 18, "Dan ia berseru: 'Petrus, turunlah, usahakanlah dan makanlah,'" menjadi puncak dari pengalaman penglihatan tersebut. Kata "berseru" menunjukkan sebuah panggilan yang mendesak dan otoritatif. Malaikat atau suara ilahi itu tidak hanya memerintahkan Petrus untuk turun dari tempat ia berada, tetapi juga mengundang dia untuk berpartisipasi aktif ("usahakanlah") dan menerima ("makanlah") apa yang telah disajikan. Ini adalah sebuah undangan untuk mengabaikan batasan-batasan lama dan merangkul kebenaran baru yang sedang diwahyukan.
Segera setelah penglihatan itu, datanglah utusan dari Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi, yang tinggal di Kaisarea. Malaikat telah menampakkan diri kepada Kornelius dan memintanya untuk mengutus orang ke Yope mencari Petrus. Ketika utusan Kornelius tiba, Roh Kudus berbicara kepada Petrus, mengatakan bahwa tiga orang sedang mencari dia dan ia harus pergi bersama mereka tanpa ragu, karena Tuhan sendiri yang mengutus mereka.
Peristiwa ini adalah momen penting di mana Injil secara resmi diperluas dari orang Yahudi ke bangsa-bangsa lain. Petrus, yang tadinya ragu-ragu untuk berurusan dengan hal-hal yang dianggap tidak najis, kini diutus untuk memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada seorang non-Yahudi. Kedatangannya ke rumah Kornelius dan pemberitaannya tentang keselamatan dalam Kristus, yang diikuti dengan turunnya Roh Kudus ke atas Kornelius dan keluarganya, membuktikan bahwa Allah tidak membedakan orang. Siapa pun yang percaya kepada Yesus Kristus, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, dapat menerima pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Kisah Rasul 10:18, dengan pesannya yang mendalam, mengajarkan kita tentang kedaulatan Allah yang mematahkan batas-batas manusiawi, kesucian yang Ia berikan kepada mereka yang percaya, dan panggilan-Nya yang tak henti-hentinya untuk mengabarkan kasih-Nya kepada seluruh dunia. Ini adalah pengingat bahwa panggilan ilahi sering kali menuntut kita untuk melampaui pemahaman dan prasangka kita sendiri demi merangkul rencana Allah yang lebih besar.