Simbol Keilahian

Kisah Rasul 10:26 - Menolak Penyembahan Berhala

Tetapi Petrus bangun, lalu bangkit berdiri, katanya: "Bangunlah, akupun manusia sama seperti tuanmu."

Kisah Para Rasul pasal 10 mencatat momen krusial dalam penyebaran Injil, yaitu ketika pesan Kristus mulai menjangkau bangsa-bangsa bukan Yahudi. Titik baliknya adalah pertemuan antara rasul Petrus dan Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh dan takut akan Allah, beserta keluarganya. Peristiwa ini tidak hanya membuka pintu bagi non-Yahudi untuk menerima kabar baik, tetapi juga menunjukkan pertumbuhan rohani yang signifikan pada para rasul, terutama Petrus, dalam memahami kehendak Allah yang lebih luas.

Pada awal pelayanan, para rasul Yahudi memiliki pemahaman yang terbatas tentang misi Yesus. Mereka fokus pada bangsa Israel. Namun, melalui penglihatan yang diberikan Allah kepada Petrus dan Kornelius secara terpisah, serta kehadiran Roh Kudus yang bekerja dalam diri Kornelius dan rumah tangganya, batasan-batasan tersebut mulai terkikis. Kejadian di rumah Kornelius menjadi bukti nyata bahwa keselamatan dan pengampunan dosa melalui Yesus Kristus diperuntukkan bagi semua orang yang percaya, tanpa memandang latar belakang kebangsaan atau etnis.

Salah satu momen paling menyentuh dalam kisah ini terjadi ketika Kornelius, dalam kerendahan hatinya yang tulus, berlutut di hadapan Petrus. Dalam budaya Timur Dekat kuno, tindakan berlutut di hadapan seseorang sering kali melambangkan penghormatan yang mendalam, bahkan penyembahan. Kornelius, yang telah melihat malaikat dan diperintahkan untuk mencari Petrus, sangat mungkin menganggap Petrus sebagai utusan ilahi yang patut dihormati setinggi-tingginya.

Namun, respons Petrus sangatlah luar biasa. Ia segera bangun dan mencegah Kornelius melanjutkan tindakan tersebut. Firman yang diucapkannya, "Bangunlah, akupun manusia sama seperti tuanmu," adalah pernyataan yang tegas namun penuh kasih. Petrus dengan jelas menegaskan bahwa dirinya bukanlah objek penyembahan. Ia adalah manusia biasa, sama seperti Kornelius. Penegasan ini sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, ini adalah penolakan langsung terhadap segala bentuk penyembahan berhala atau pemujaan manusia. Para rasul diutus untuk memberitakan Kristus, bukan untuk diagungkan diri mereka sendiri.

Kedua, ucapan Petrus menunjukkan kerendahan hati yang mendalam. Meskipun ia memiliki otoritas sebagai seorang rasul, ia tidak memanfaatkannya untuk ditinggikan. Ia mengenali posisinya sebagai pelayan Allah, yang juga merupakan ciptaan dan memiliki keterbatasan layaknya manusia lain. Hal ini menjadi teladan bagi semua pemimpin rohani dan bahkan bagi setiap orang percaya, untuk selalu menempatkan diri pada posisi yang benar di hadapan Allah dan sesama.

Ketiga, tindakan ini menggarisbawahi keunikan dan keilahian Yesus Kristus. Jika bahkan seorang rasul yang diutus oleh Kristus menolak penghormatan yang berlebihan, maka hanya Kristus-lah yang layak menerima penyembahan. Petrus, dengan tindakannya, secara implisit mengarahkan Kornelius dan semua orang yang hadir untuk memfokuskan seluruh penyerahan hati dan penyembahan mereka kepada Kristus.

Kisah Rasul 10:26 lebih dari sekadar interaksi pribadi; ini adalah pengajaran teologis yang vital. Ia mengajarkan kepada kita tentang bahaya kultus individu, pentingnya kerendahan hati, dan kebenaran bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Di era modern, di mana figur-figur tertentu terkadang ditinggikan melebihi batasnya, pengingat dari rasul Petrus ini tetap relevan dan kuat. Kita dipanggil untuk menyembah Sang Pencipta, bukan ciptaan-Nya, dan meneladani kerendahan hati para hamba-Nya.