Kisah Rasul 12:21 - Kematian Herodes

"Pada hari yang ditentukan itu, Herodes mengenakan pakaian kebesarannya, lalu duduk di tahtanya dan berpidato kepada mereka." (Kisah Para Rasul 12:21)
Mahkota Raja

Kisah Para Rasul pasal 12 mencatat salah satu episode paling dramatis dan penuh pelajaran dari sejarah gereja mula-mula. Di dalamnya terdapat kisah tentang penangkapan Petrus, kematian Yakobus, dan kejatuhan penguasa yang lalim, yaitu Raja Herodes Agripa I. Ayat 21, yang kita jadikan fokus hari ini, menjadi pembuka bagi klimaks dari kisah tragis Herodes.

Konflik dan Penganiayaan

Herodes Agripa I, seorang raja yang memerintah Yudea di bawah kekuasaan Romawi, memiliki ambisi politik yang besar dan keinginan untuk menyenangkan kaum Yahudi fanatik. Ia melihat para pengikut Yesus sebagai ancaman terhadap otoritas dan stabilitas yang ia pegang. Karena itu, ia memulai kampanye penganiayaan terhadap jemaat Kristen. Tindakan pertamanya adalah memerintahkan penangkapan dan pembunuhan Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Keberhasilan ini tampaknya semakin memicu keberaniannya.

Selanjutnya, ia menangkap Petrus, salah satu pilar gereja, dan memenjarakannya. Rencananya adalah membunuhnya setelah hari raya Paskah, untuk menghindari kemarahan publik. Namun, seperti yang dicatat dalam pasal yang sama, Tuhan campur tangan dengan cara yang luar biasa. Malaikat Tuhan turun ke penjara, membebaskan Petrus, dan membawanya keluar dari penjara tanpa hambatan. Petrus kemudian pergi ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut Markus, di mana banyak orang sedang berdoa untuknya.

Kesombongan yang Mengantarkan Kehancuran

Setelah mengetahui Petrus telah melarikan diri, Herodes menjadi sangat marah. Namun, cerita tidak berhenti di situ. Kita beralih ke ayat 21. Pada kesempatan yang ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kebesarannya yang mewah, naik ke atas tahta yang megah, dan mulai berpidato kepada rakyat yang telah berkumpul untuk mendengarkannya.

Pidatonya ini bukanlah pidato biasa. Ia berbicara dengan gaya yang angkuh dan penuh kebanggaan, seolah-olah ia adalah dewa yang tidak dapat disentuh. Rakyat, yang mungkin telah terintimidasi oleh kekuasaannya atau terbuai oleh retorikanya, mulai berseru dengan lantang, "Ini suara Allah, bukan suara manusia!"

Balasan yang Sesuai

Seruan-seruan pujian yang ditujukan kepadanya sebagai ilahi, yang seharusnya hanya layak bagi Pencipta, adalah puncak dari kesombongan dan penghinaan terhadap kebenaran ilahi. Kisah Para Rasul 12:23 segera mencatat konsekuensi mengerikan dari kemurtadan spiritual ini. "Dan seketika itu juga malaikat Tuhan memukulnya, karena ia tidak memberi kemuliaan kepada Allah; ia dimakan ulat dan mati."

Kematian Herodes yang tiba-tiba dan mengerikan ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang meninggikan diri sendiri dan menolak memberikan hormat kepada Allah yang berdaulat. Ia menginginkan kemuliaan ilahi untuk dirinya sendiri, dan ia menerimanya, namun bukan dalam bentuk yang ia bayangkan. Ia menjadi contoh nyata dari firman yang berkata, "Kesombongan mendahului kehancuran, dan sikap sombong mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18).

Kisah rasul 12:21 dan kelanjutannya mengajarkan kita tentang bahaya kesombongan dan pentingnya kerendahan hati di hadapan Tuhan. Ia juga menunjukkan bahwa sekalipun penguasa duniawi berusaha menindas umat-Nya, tangan Tuhan akan bekerja untuk melindungi dan membebaskan mereka, sambil memberikan balasan yang adil bagi mereka yang menentang-Nya.