Kisah Rasul 12:22 - Kemarahan Ilahi dan Keangkuhan

"Pada waktu itu juga ia [Herodes] dipukul oleh malaikat Tuhan, karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; dan setelah dimakan cacing, ia mati."

Kisah Rasul 12:22 Keadilan

Ilustrasi abstrak dengan warna-warna cerah yang melambangkan keadilan ilahi dan peringatan.

Kisah Rasul 12 mencatat sebuah peristiwa dramatis yang menyoroti bagaimana keangkuhan dan penolakan untuk memberikan kemuliaan kepada Allah dapat berujung pada murka ilahi. Dalam pasal ini, Raja Herodes Agripa I digambarkan memerintah dengan otoritas yang besar. Ia telah menindas orang-orang percaya dan bahkan membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Tindakan ini dilakukan untuk menyenangkan hati orang-orang Yahudi, menunjukkan bagaimana ia lebih mementingkan popularitas manusia daripada kebenaran ilahi.

Selanjutnya, Alkitab menceritakan bahwa Herodes menangkap Petrus dan memenjarakannya, dengan niat untuk membunuhnya setelah hari raya Paskah Yahudi. Namun, di tengah rencana jahatnya, satu peristiwa penting terjadi. Herodes naik ke panggung di Kaisarea untuk memberikan pidato kepada rakyat. Pidatonya begitu memukau, dan rakyat bersorak-sorai, "Ini suara dewa, bukan suara manusia!"

Dalam momen inilah, Alkitab mencatat kejatuhan Herodes. Alih-alih mengoreksi para penyembahnya dan menegaskan bahwa ia hanyalah manusia, Herodes justru menikmati pujian itu. Ia menerima penghormatan yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi Allah. Di sinilah letak inti dari ayat 22, yaitu respons Allah terhadap keangkuhan yang menolak memberikan kemuliaan-Nya.

Ayat tersebut dengan tegas menyatakan: "Pada waktu itu juga ia [Herodes] dipukul oleh malaikat Tuhan, karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; dan setelah dimakan cacing, ia mati." Ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah tindakan keadilan ilahi yang tegas. Herodes, yang mengizinkan dirinya dipuja sebagai dewa, dijatuhi hukuman yang mengerikan. Tubuhnya diserang oleh penyakit yang mematikan, dan ia mati dalam penderitaan yang memalukan.

Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat penting bagi setiap orang, baik di masa lalu maupun di masa kini. Ia mengajarkan tentang bahaya keangkuhan. Ketika seseorang merasa lebih baik atau lebih penting daripada orang lain, dan bahkan mulai menerima pujian serta kehormatan yang hanya pantas bagi Pencipta, ia sedang berjalan di jalan yang sangat berbahaya. Allah itu kudus dan tidak akan membiarkan kemuliaan-Nya dibagi atau diambil alih oleh makhluk ciptaan-Nya.

Lebih dari itu, kisah ini menekankan bahwa Allah menghargai kerendahan hati dan pengakuan akan kedaulatan-Nya. Para rasul dan pengikut Kristus lainnya selalu mengarahkan segala pujian dan kemuliaan kepada Allah, bahkan ketika mereka menghadapi kesulitan dan penganiayaan. Petrus, misalnya, yang sebelumnya ditangkap oleh Herodes, diselamatkan oleh campur tangan ilahi. Namun, dalam kisah Herodes, kita melihat kebalikan yang tragis.

Ayat Rasul 12:22 bukan hanya sebuah catatan sejarah, tetapi juga sebuah peringatan abadi. Ia mengingatkan kita untuk senantiasa menempatkan Allah pada posisi-Nya yang tertinggi dalam hidup kita. Setiap keberhasilan, setiap talenta, dan setiap berkat yang kita terima berasal dari-Nya. Menolak untuk mengakui sumber kebaikan tersebut dan malah meninggikan diri sendiri adalah tindakan yang akan mendatangkan murka ilahi. Biarlah kisah Herodes menjadi pengingat yang kuat agar kita selalu hidup dalam kerendahan hati, takut akan Tuhan, dan memberikan segala kemuliaan hanya kepada Dia yang layak menerimanya.