Kisah Para Rasul 15:34

"Tetapi Silas memutuskan untuk tinggal di situ."

Perpecahan dan Keputusan Penting di Yerusalem

Kisah Para Rasul pasal 15 mencatat salah satu momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Pertemuan di Yerusalem ini merupakan jawaban atas pertanyaan fundamental: apakah orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Yesus harus disunat dan mengikuti hukum Taurat Musa? Perdebatan ini memunculkan ketegangan antara tradisi Yahudi yang mengakar kuat dan pesan Injil yang universal. Keputusan yang diambil di Yerusalem bukan hanya memengaruhi komunitas Kristen awal, tetapi juga membentuk masa depan misi Kristen secara global.

Setelah diskusi yang panjang dan penuh hikmat, yang melibatkan para rasul dan penatua, diputuskan bahwa orang-orang bukan Yahudi tidak perlu disunat atau mematuhi seluruh hukum Taurat. Mereka cukup untuk menjauhkan diri dari pencemaran berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang dicekik, dan dari darah. Keputusan ini adalah kemenangan besar bagi kebebasan dalam Kristus dan perluasan Injil kepada semua bangsa. Hal ini juga menegaskan bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus, bukan melalui ketaatan pada ritual hukum.

Peran Silas dalam Misi dan Penguatan Gereja

Setelah keputusan penting ini, para rasul dan penatua di Yerusalem mengirimkan surat kepada jemaat di Antiokhia. Surat itu berisi keputusan mereka, yang disampaikan oleh Yudas dan Silas. Dalam konteks ini, Silas muncul sebagai tokoh penting yang tidak hanya menjadi pembawa pesan, tetapi juga aktif terlibat dalam pekerjaan penguatan gereja. Dia bukanlah sekadar delegasi, melainkan seorang yang memiliki otoritas dan kemampuan rohani yang diakui.

Ayat ke-34 dalam pasal ini, "Tetapi Silas memutuskan untuk tinggal di situ," menunjukkan bahwa Silas memiliki peran yang lebih mendalam di Antiokhia. Keberadaannya di sana tampaknya bukan hanya untuk mengantarkan surat, melainkan untuk melayani jemaat, memberikan pengajaran, dan mungkin juga untuk menolong jemaat dalam memahami dan mengimplementasikan keputusan konsili Yerusalem. Keputusan Silas untuk menetap menandakan komitmennya terhadap perkembangan iman para percaya di luar garis keturunan Yahudi.

Dampak Keputusan dan Kehadiran Silas

Kehadiran Silas di Antiokhia, kota yang menjadi pusat misi non-Yahudi, sangatlah berarti. Dia, bersama dengan Barnabas dan Paulus yang sudah ada di sana, terus mengajar dan memberitakan firman Tuhan. Antiokhia menjadi basis penting bagi perjalanan misi Paulus selanjutnya, dan Silas sendiri kemudian menjadi rekan seperjalanan Paulus. Kisah Para Rasul 16:25 menyebutkan bahwa Paulus dan Silas dipenjara di Filipi, menunjukkan bahwa Silas telah melanjutkan peran pentingnya sebagai misionaris dan pelayan Injil.

Peristiwa di Yerusalem dan keputusan yang diambil, didukung oleh keberadaan tokoh seperti Silas, menunjukkan bagaimana gereja mula-mula berjuang untuk tetap setia pada ajaran Kristus sambil beradaptasi dengan realitas baru keberagaman umat percaya. Kisah rasul 15:34, meskipun singkat, memberikan gambaran tentang komitmen seorang pelayan Tuhan yang siap ditempatkan di mana pun dia dibutuhkan untuk membangun tubuh Kristus. Ini adalah pengingat bahwa pelayanan yang efektif seringkali membutuhkan keputusan untuk tinggal dan membangun, bukan hanya sekadar melintas.

GKY