Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
Ayat pembuka dari Kisah Para Rasul pasal 2 ini membawa kita pada momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Kata "Pentakosta" sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "kelima puluh". Hari raya ini dirayakan lima puluh hari setelah Paskah Yahudi, dan merupakan salah satu dari tiga hari raya besar yang wajib dihadiri oleh umat Yahudi di Yerusalem. Pada masa itu, Yerusalem dipenuhi oleh peziarah dari berbagai bangsa yang datang untuk merayakan dan mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Kondisi ini menciptakan atmosfer yang unik. Ribuan orang dari latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda berkumpul di satu kota suci. "Semua orang percaya berkumpul di satu tempat." Frasa ini bukan sekadar deskripsi geografis, tetapi juga menunjukkan kesatuan rohani. Mereka, para murid dan pengikut Yesus yang masih sedikit jumlahnya, telah berkumpul dengan harapan dan kerinduan, mungkin masih dalam kebingungan dan kesedihan setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga. Mereka telah diperintahkan oleh Yesus untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa dari Allah (Lukas 24:49).
Peristiwa yang terjadi kemudian adalah manifestasi dari janji Yesus itu. Tempat berkumpul mereka tiba-tiba dipenuhi oleh suara seperti tiupan angin keras, dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Inilah permulaan dari pencurahan Roh Kudus secara dahsyat, yang bukan hanya memberikan kuasa kepada para murid, tetapi juga memungkinkan mereka untuk bersaksi tentang Yesus Kristus dengan cara yang luar biasa.
Kisah ini menekankan pentingnya persiapan dan kesatuan. Para murid, meskipun mungkin merasa kecil dan tidak berarti, tetap taat pada perintah Yesus untuk berkumpul dan menantikan. Kesatuan mereka di "satu tempat" menjadi wadah bagi pekerjaan Roh Kudus yang universal. Kisah Para Rasul 2:1 mengingatkan kita bahwa momen-momen transformatif seringkali terjadi ketika umat percaya bersatu dalam penantian dan doa, siap menerima apa yang Allah ingin lakukan melalui mereka. Peristiwa Pentakosta ini menjadi fondasi gereja dan titik tolak penyebaran Injil ke seluruh dunia.
Di tengah keramaian dan keberagaman yang luar biasa di Yerusalem pada hari itu, Tuhan memilih untuk turun dan mendiami hati para pengikut-Nya. Ini adalah bukti bahwa kuasa Allah dapat bekerja di mana saja, terlebih lagi ketika umat-Nya bersatu dalam satu tujuan: untuk memuliakan nama-Nya dan menyebarkan kasih-Nya. Kisah ini terus menginspirasi umat percaya hingga kini untuk tetap berharap, bersatu, dan terbuka pada tuntunan Roh Kudus.