"Tentang orang itu, ketika mereka membawanya ke hadapanku, aku menanyai dia dan mendapati bahwa ia tidak bersalah dalam perkara-perkara yang dituduhkan orang Yahudi kepadanya."
Kisah Rasul 25:18 membawa kita pada sebuah momen penting dalam perjalanan panjang Rasul Paulus, khususnya saat ia berada di bawah pengawasan Romawi di Kaisarea. Ayat ini, diucapkan oleh wali negeri Festus, memberikan gambaran yang jelas tentang pandangan pihak berwenang Romawi terhadap tuduhan yang dialamatkan kepada Paulus oleh para pemimpin Yahudi.
Setelah mengalami berbagai penangkapan dan persidangan yang penuh intrik di Yerusalem, Paulus akhirnya dibawa ke Kaisarea. Di kota pelabuhan yang megah ini, yang merupakan pusat administrasi Romawi di Yudea, Paulus menghadapi serangkaian sidang di hadapan beberapa pejabat Romawi, termasuk wali negeri Feliks, dan kemudian Festus. Permintaan para pemimpin Yahudi untuk membawa Paulus kembali ke Yerusalem agar diadili di sana ditolak oleh Festus, yang memilih untuk mengadili Paulus di Kaisarea.
Ketika sidang dimulai, para penuduh Yahudi mengajukan berbagai tuduhan yang berat terhadap Paulus. Mereka menuduhnya sebagai sumber kekacauan di antara orang Yahudi di seluruh dunia, serta sebagai pemimpin sekte Nazaret. Tuduhan-tuduhan ini, meskipun terdengar serius, lebih mencerminkan ketakutan dan kebencian mereka terhadap ajaran Kristen yang berkembang pesat, daripada bukti nyata atas kejahatan yang sebenarnya.
Festus, sebagai wakil kekaisaran, memiliki tugas untuk menegakkan hukum Romawi dan menjaga ketertiban. Dalam kapasitasnya sebagai hakim, ia harus mendengarkan kedua belah pihak dan menilai perkara berdasarkan fakta dan bukti yang diajukan. Di sinilah ayat kunci kita, Kisah Rasul 25:18, menjadi relevan. Festus menyatakan, "Tentang orang itu, ketika mereka membawanya ke hadapanku, aku menanyai dia dan mendapati bahwa ia tidak bersalah dalam perkara-perkara yang dituduhkan orang Yahudi kepadanya."
Pernyataan ini sangat signifikan. Festus, seorang pejabat Romawi yang tidak memiliki bias agama pribadi terhadap keyakinan Paulus, telah melakukan penyelidikan yang tampaknya cukup mendalam. Ia telah mendengar tuduhan dari pihak Yahudi, dan ia juga telah mendengar pembelaan dari Paulus. Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada pelanggaran hukum Romawi yang dapat dibuktikan terhadap Paulus berdasarkan tuduhan-tuduhan yang diajukan.
Ini bukan berarti bahwa Paulus tidak memiliki masalah dengan hukum Yahudi atau bahwa ajarannya tidak kontroversial. Namun, dari sudut pandang hukum Romawi, dan berdasarkan tuduhan yang dikemukakan, Paulus dinyatakan tidak bersalah. Ini menunjukkan bagaimana otoritas Romawi, meskipun kadang-kadang tunduk pada tekanan politik dan keagamaan, tetap berusaha untuk bertindak adil dalam batas-batas sistem hukum mereka.
Kisah Rasul 25:18 menggambarkan situasi di mana kebenaran dapat terungkap, bahkan di tengah-tengah perselisihan yang sengit. Meskipun para penuduh terus mendesak agar Paulus diadili di Yerusalem, Festus tetap teguh pada keputusannya untuk menangani perkara tersebut di Kaisarea. Keputusan ini akhirnya membuka jalan bagi Paulus untuk naik banding kepada Kaisar, sebuah langkah yang mengarah pada perjalanannya ke Roma dan memungkinkan ia untuk terus memberitakan Injil lebih luas.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa ketidakadilan sering kali dihadapi oleh mereka yang membawa pesan baru atau berbeda. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Paulus, ada kalanya kebenaran akan terungkap, dan ketidakbersalahan dapat diakui, bahkan oleh mereka yang tidak sepenuhnya memahami atau menganut keyakinan yang bersangkutan. Kisah ini terus menginspirasi, menunjukkan ketahanan iman dan keteguhan dalam menghadapi cobaan.