"Lalu sebagian dari orang-orang itu percaya akan apa yang dikatakan Barnabas dan Paulus, tetapi sebagian yang lain tidak percaya."
Ayat ini, Kisah Para Rasul 28:24, menjadi penutup dari narasi perjalanan apostolik Paulus yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul. Peristiwa ini terjadi di Roma, tempat Paulus berada dalam pengasingan sambil terus memberitakan Injil. Meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, semangat Paulus untuk menyebarkan Kabar Baik tidak pernah padam. Ia memanfaatkan setiap kesempatan, termasuk ketika dipanggil oleh para pemimpin Yahudi setempat untuk menjelaskan keyakinannya.
Seperti yang sering terjadi dalam pelayanan Paulus, tanggapan terhadap pesannya selalu terbagi. Kisah Para Rasul 28:24 dengan jelas menggambarkan realitas ini: "Lalu sebagian dari orang-orang itu percaya akan apa yang dikatakan Barnabas dan Paulus, tetapi sebagian yang lain tidak percaya." Ini bukanlah hal yang baru; Yesus sendiri telah mengingatkan para murid-Nya bahwa tidak semua orang akan menerima pesan-Nya. Reaksi manusia terhadap kebenaran ilahi sangat bervariasi, dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, prasangka, dan keterbukaan hati masing-masing individu.
Bagi mereka yang percaya, pesan Paulus membuka mata rohani mereka. Mereka melihat kebenaran dalam perkataan Paulus, mengakui kuasa Allah yang bekerja melalui dirinya, dan menerima Injil sebagai jalan keselamatan. Ini adalah buah dari iman, di mana hati yang terbuka siap menerima apa yang diperintahkan Allah. Kisah Para Rasul sendiri penuh dengan kesaksian tentang bagaimana banyak orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, bertobat dan menerima Kristus setelah mendengar pemberitaan para rasul.
Di sisi lain, ada kelompok yang menolak. Penolakan ini bisa berasal dari berbagai alasan. Bagi para pemimpin Yahudi di Roma, mungkin penolakan mereka disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap Injil yang disajikan sebagai pemenuhan janji-janji Perjanjian Lama, atau mungkin karena alasan teologis dan politis yang rumit yang telah berkembang selama bertahun-tahun. Ada juga kemungkinan bahwa mereka telah mendengar rumor atau laporan negatif tentang Paulus sebelumnya, yang mempengaruhi persepsi mereka.
Penting untuk dicatat bahwa ketidakpercayaan ini bukanlah kegagalan pelayanan Paulus, melainkan bagian dari dinamika penyebaran Injil itu sendiri. Perjuangan antara iman dan keraguan, penerimaan dan penolakan, adalah tema yang berulang dalam sejarah gereja. Paulus sendiri menghadapi penolakan yang kuat di banyak tempat, namun ia terus maju, didorong oleh panggilan Tuhan dan kasihnya kepada Kristus. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tugas memberitakan Injil adalah tugas untuk menabur benih, dan pertumbuhannya adalah karya Allah.
Kisah Para Rasul 28:24 memberikan pelajaran berharga bagi gereja di segala zaman. Pertama, ini mengajarkan kita untuk tidak berkecil hati ketika pesan Injil ditolak. Penolakan adalah bagian dari kenyataan, dan fokus kita seharusnya tetap pada kesetiaan dalam memberitakan firman Tuhan dengan jelas dan penuh kasih. Kedua, ayat ini menekankan pentingnya kebenaran. Paulus dan Barnabas menyampaikan apa yang mereka yakini sebagai kebenaran ilahi, dan reaksi manusia terhadap kebenaran itulah yang bervariasi.
Akhirnya, ayat ini mengingatkan kita bahwa keberhasilan sejati dalam pemberitaan Injil diukur bukan dari jumlah orang yang percaya di setiap momen, tetapi dari kesetiaan kita dalam melaksanakan Amanat Agung dan bergantung pada kuasa Allah untuk mengubah hati. Kisah rasul-rasul ini terus menginspirasi kita untuk tetap teguh dalam iman, gigih dalam pelayanan, dan penuh harapan dalam kuasa Injil yang terus menyebar ke seluruh penjuru dunia.