Simbol nubuat dan harapan yang terhubung.
Ayat Kisah Para Rasul 3:22 merupakan salah satu kutipan yang sangat penting dalam narasi Kristen. Ayat ini diambil dari khotbah Petrus di Pelataran Bait Allah, setelah penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah. Khotbah ini bukan sekadar kesaksian tentang mukjizat yang baru saja terjadi, tetapi juga sebuah penjelasan teologis mendalam yang menghubungkan peristiwa tersebut dengan nubuatan-nubuatan kuno dalam Perjanjian Lama.
Petrus, dengan keberanian yang diilhami oleh Roh Kudus, menunjuk Yesus Kristus sebagai pemenuhan dari apa yang telah diwartakan oleh para nabi, khususnya Musa. Dalam ayat ini, Petrus mengutip langsung dari Taurat Musa, yang tertulis dalam Ulangan 18:15. Musa, seorang pemimpin besar yang dipilih Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, telah menubuatkan kedatangan seorang nabi lain dari kalangan mereka sendiri, yang akan memiliki otoritas ilahi untuk berbicara atas nama Tuhan.
Penekanan pada kata "saudara-saudaramu" sangatlah signifikan. Ini menunjukkan bahwa nabi yang dinubuatkan akan berasal dari bangsa yang sama, bukan dari bangsa asing. Ini menegaskan identitas keturunan dan kebangsaan Mesias yang diharapkan, yang akan membawa pembebasan dan pemulihan. Petrus dengan tegas menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret, yang baru saja mereka salibkan dan yang kini telah dibangkitkan oleh Allah, adalah pribadi yang dimaksud oleh nabi Musa.
Makna dari ayat ini melampaui sekadar pemenuhan nubuatan. Petrus mengajak para pendengarnya untuk "mendengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang akan difirmankannya kepadamu." Ini adalah sebuah panggilan untuk ketaatan dan kepercayaan penuh kepada Yesus Kristus. Firman-Nya bukanlah sekadar ajaran biasa, melainkan firman ilahi yang harus diterima dan diikuti tanpa keraguan. Kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus adalah bukti otentik dari keilahian-Nya dan otoritas-Nya sebagai Juruselamat dunia.
Dalam konteks khotbah Petrus, ayat ini juga berfungsi sebagai dasar untuk mempertanggungjawabkan penyaliban Yesus. Petrus tidak menyalahkan seluruh bangsa Yahudi, tetapi ia menyoroti ketidaktahuan mereka dan ketidakmampuan mereka untuk mengenali Yesus sebagai Mesias yang dinubuatkan. Namun, ia juga memberikan kesempatan untuk bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ajakan untuk mendengarkan Kristus adalah undangan untuk menerima rahmat dan pengampunan yang Ia tawarkan.
Kisah Rasul 3:22 mengingatkan kita bahwa iman Kristen berakar pada sejarah dan nubuatan ilahi. Yesus Kristus bukanlah sosok yang muncul tiba-tiba, melainkan pribadi yang telah dijanjikan dan dipersiapkan sejak lama dalam rencana keselamatan Allah. Memahami ayat ini membantu kita melihat Yesus Kristus bukan hanya sebagai tokoh sejarah, tetapi sebagai pusat dari seluruh Kitab Suci, yang ajaran dan karya-Nya memberikan makna terdalam bagi kehidupan manusia. Ia adalah nabi yang dijanjikan, yang melalui-Nya Allah berbicara kepada kita, menawarkan jalan keselamatan dan pemulihan yang sejati.