Kisah Rasul 3:23

"Dan setiap orang, yang tidak mendengarkan Nabi itu, akan dibinasakan dari umat itu."

Kisah yang tercatat dalam kitab para rasul seringkali menjadi sumber inspirasi dan tuntunan bagi umat manusia. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam adalah yang terdapat dalam Kisah Para Rasul pasal 3, ayat 23. Ayat ini bukanlah sekadar pengingat pasif, melainkan sebuah seruan aktif untuk mendengarkan dan menanggapi pesan kenabian yang diwartakan.

Pada konteksnya, ayat ini diucapkan oleh Rasul Petrus di hadapan orang banyak di Yerusalem. Ia sedang menjelaskan tentang mukjizat penyembuhan seorang pria lumpuh yang terjadi berkat kuasa Yesus Kristus. Petrus dengan tegas menyatakan bahwa kuasa penyembuhan itu bukan berasal dari dirinya atau Barnabas, melainkan dari nama Yesus yang telah dibangkitkan oleh Allah.

Lebih lanjut, Petrus mengingatkan kembali nubuat para nabi kuno, termasuk Musa, yang telah menubuatkan kedatangan seorang Nabi yang akan diutus Allah. Nabi inilah yang akan berbicara atas nama Allah, dan setiap orang yang mendengar dan taat kepada-Nya akan diberkati. Sebaliknya, mereka yang memilih untuk tidak mendengarkan dan mengabaikan pesan Nabi tersebut akan menghadapi konsekuensi yang serius, bahkan kehancuran dari tengah-tengah umat.

Makna ayat ini sangat relevan hingga kini. Pesan kenabian yang diwartakan oleh para nabi, dan puncaknya melalui Yesus Kristus, adalah kebenaran ilahi yang bertujuan untuk keselamatan dan pembaharuan hidup. Mendengarkan di sini bukan hanya berarti mendengar secara fisik, tetapi juga memahami, merenungkan, dan yang terpenting, bertindak sesuai dengan ajaran yang disampaikan.

Kisah Rasul 3:23 menggarisbawahi pentingnya respon aktif terhadap firman Tuhan. Mengabaikan kebenaran ilahi berarti menutup diri dari sumber kehidupan dan berkat. Hal ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari ketidakpercayaan, penolakan terhadap ajaran yang benar, hingga sikap apatis yang tidak peduli terhadap panggilan rohani. Konsekuensi dari penolakan semacam itu digambarkan sebagai "dibinasakan dari umat itu," yang dapat diartikan sebagai terputus dari persekutuan rohani, kehilangan berkat Allah, atau bahkan menuju kehancuran spiritual.

Oleh karena itu, ayat ini mendorong kita untuk senantiasa membuka telinga hati dan pikiran kita terhadap suara Tuhan yang berbicara melalui Firman-Nya, para hamba-Nya, dan bahkan melalui berbagai peristiwa dalam kehidupan kita. Kemauan untuk belajar, merenungkan, dan mengaplikasikan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari adalah wujud ketaatan yang sesungguhnya. Dengan mendengarkan dan menanggapi pesan kenabian dengan hati yang tulus, kita membuka diri untuk menerima berkat dan anugerah yang telah disediakan bagi umat-Nya.