Kisah para rasul, khususnya yang tercatat dalam pasal 4 ayat 37, menawarkan sebuah gambaran yang begitu indah tentang prinsip-prinsip kehidupan yang murni dan penuh kasih. Ayat ini memperkenalkan sosok Barnabas, seorang tokoh yang namanya sendiri sarat makna. "Barnabas" diterjemahkan sebagai "anak penghiburan". Sebuah nama yang memancarkan kehangatan dan harapan, sebuah persona yang hidup sesuai dengan sebutan yang disandangnya. Ia bukan sekadar seorang tokoh pasif dalam narasi keagamaan, melainkan seorang pelaku aktif yang memberikan kontribusi nyata.
Latar belakang Barnabas sebagai seorang Lewi, orang Siprus asli, memberikan dimensi tambahan pada tindakannya. Ia memiliki latar belakang budaya dan etnis yang berbeda, namun panggilan ilahi dan kasih dalam hatinya melampaui batasan-batasan tersebut. Tindakannya yang paling menonjol dalam ayat ini adalah kerelaannya untuk menjual ladang miliknya. Ladang, dalam konteks zaman itu, sering kali menjadi sumber penghidupan utama, sebuah aset yang sangat berharga. Namun, demi memperjuangkan tujuan yang lebih mulia, Barnabas tidak ragu untuk melepaskan kepemilikannya.
Lebih dari sekadar menjual asetnya, nilai sejati dari tindakan Barnabas terletak pada apa yang dilakukannya dengan hasil penjualan tersebut. Ia membawa seluruh uangnya dan meletakkannya di kaki para rasul. Tindakan ini bukanlah sekadar pemberian materi, melainkan sebuah gestur penyerahan diri, sebuah pengakuan atas otoritas dan tugas para rasul dalam menyebarkan ajaran Kristus. Ini adalah simbol kedermawanan tanpa pamrih, sebuah pengorbanan tulus yang didorong oleh cinta dan keyakinan yang mendalam. Barnabas memahami bahwa sumber daya yang ia miliki dapat digunakan secara lebih efektif untuk menopang pekerjaan gereja mula-mula, yang pada saat itu tengah berjuang untuk berkembang dan menjangkau lebih banyak jiwa.
Kisah Barnabas ini menjadi teladan yang sangat relevan bahkan hingga hari ini. Dalam dunia yang sering kali didorong oleh individualisme dan akumulasi harta, semangat berbagi dan mengorbankan diri demi kebaikan bersama yang ditunjukkan oleh Barnabas adalah sebuah oase. Ia mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan sejati tidak hanya diukur dari apa yang kita miliki, tetapi dari bagaimana kita menggunakan apa yang kita miliki untuk memberkati orang lain dan mendukung pelayanan yang membawa dampak positif.
Perilaku Barnabas mencerminkan nilai-nilai inti dari ajaran Kristus: kasih kepada sesama, kerelaan berkorban, dan prioritas pada hal-hal spiritual di atas materi. Tindakannya bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi sebuah instruksi moral yang abadi. Ia menunjukkan bahwa menjadi "anak penghiburan" berarti hadir dengan solusi, memberikan dukungan, dan bahkan rela melepaskan kenyamanan pribadi demi kesejahteraan komunitas yang lebih luas. Kisah Rasul 4:37 adalah pengingat yang kuat tentang kekuatan transformatif dari kedermawanan yang tulus dan iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata.