Kisah Rasul 8:33

"Ia tertindas, namun Ia membiarkan diri-Nya direndahkan, dan tidak membuka mulutnya, seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian, dan seperti domba yang bisu di depan orang-orang yang menggunting dia, ia tidak membuka mulutnya."

Tentang Ayat Kunci

Ayat ini, yang diambil dari Kitab Kisah Para Rasul pasal 8 ayat 33, merupakan kutipan penting dari Kitab Yesaya (pasal 53 ayat 7). Ayat ini menggambarkan dengan sangat kuat sifat dan penderitaan Mesias yang akan datang. Dalam konteks Kisah Para Rasul, pengkhotbah Filipus menggunakan ayat ini untuk menjelaskan tentang Yesus Kristus kepada seorang sida-sida Etiopia.

YESUS

Simbol perjalanan dan pencerahan

Pencerahan Melalui Nubuat

Sida-sida Etiopia yang ditemui Filipus sedang membaca Kitab Yesaya, namun ia tidak memahami makna dari tulisan tersebut. Ia bertanya kepada Filipus, "Apakah gerangan yang dimaksud oleh nabi itu? Tentang siapakah ia mengatakan hal itu? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Pertanyaan inilah yang membuka jalan bagi Filipus untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Filipus, dimulai dari ayat yang sedang dibaca sida-sida tersebut, mulai memberitakan Injil tentang Yesus.

Ayat Kisah Rasul 8:33, bersama dengan seluruh pasal 53 dari Kitab Yesaya, meramalkan kedatangan seorang Hamba Allah yang akan menderita bagi umat manusia. Ia akan mengalami penganiayaan, hinaan, dan kematian tanpa melawan. gambaran "domba yang dibawa ke pembantaian" adalah metafora yang kuat untuk kesabaran dan ketidakberdayaan Mesias di hadapan para penindasnya. Ia tidak berteriak menuntut keadilan bagi dirinya sendiri, karena penderitaan-Nya memiliki tujuan ilahi yang lebih besar: penebusan dosa manusia.

Makna Penderitaan Mesias

Penderitaan Yesus yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah tanpa makna. Sebaliknya, penderitaan-Nya adalah inti dari rencana keselamatan Allah. Melalui penolakan, pengkhianatan, dan kematian-Nya di kayu salib, Yesus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita. Ketidakberdayaan-Nya di hadapan para penuduh-Nya menunjukkan kerelaan-Nya untuk mengorbankan diri-Nya demi menggenapi kehendak Bapa dan membawa kehidupan baru bagi dunia. Dengan tidak membuka mulutnya, Yesus menunjukkan ketaatan mutlak kepada Bapa-Nya, melepaskan diri dari keinginan untuk membalas atau membela diri, dan memilih untuk menanggung segala sesuatu demi misi-Nya.

Kisah Filipus dan sida-sida Etiopia ini adalah bukti bagaimana Firman Tuhan, ketika dijelaskan dengan benar, dapat membawa pencerahan dan keselamatan. Ayat tentang Mesias yang menderita ini, yang pada awalnya mungkin membingungkan, menjadi pintu gerbang pemahaman tentang kasih dan pengorbanan Kristus. Ini adalah pengingat bahwa iman seringkali dimulai dari sebuah pertanyaan, dan jawaban yang benar dapat ditemukan dalam kebenaran Injil yang disampaikan dengan jelas.