Kisah Rasul 4:32-35

"Dan dari orang banyak yang telah beriman itu mereka satu hati dan satu jiwa; dan tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari barang-barangnya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kekuatan yang besar para rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus, dan mereka semua mendapat kasih karunia yang melimpah. Sebab tidak ada seorang pun antara mereka yang berkekurangan, karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah menjualnya, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan letakkan di kaki para rasul; lalu dibagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya."

Simbol persatuan dan pemberian kasih

Kedermawanan Tanpa Batas

Pasal 4 dari Kisah Para Rasul menggambarkan sebuah gambaran komunitas Kristen awal yang begitu luar biasa, di mana semangat persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama benar-benar terwujud. Ayat-ayat yang disebutkan di atas secara jelas menggarisbawahi inti dari ajaran Kristus yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari para pengikut-Nya. Konsep "satu hati dan satu jiwa" bukanlah sekadar ungkapan belaka, melainkan sebuah kenyataan yang terpancar dari cara hidup mereka. Ketika seorang percaya memiliki sesuatu, ia tidak lagi melihatnya sebagai milik pribadi yang harus dijaga mati-matian, melainkan sebagai aset bersama yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan semua.

Fenomena ini menjadi sangat menonjol ketika para rasul, yang menjadi pusat pelayanan dan pengajaran, memiliki otoritas untuk mendistribusikan aset yang dijual oleh anggota jemaat. Tanah dan rumah, yang pada dasarnya adalah sumber kekayaan dan keamanan, rela dijual demi memenuhi kebutuhan anggota jemaat yang lain. Ini adalah manifestasi nyata dari kasih tanpa pamrih, sebuah bukti bahwa nilai-nilai spiritual telah mengalahkan keinginan duniawi. Tidak ada lagi jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin di antara mereka; kebutuhan setiap orang menjadi prioritas bersama.

Keteguhan dalam Pemberian Kesaksian

Namun, kisah dalam Kisah Para Rasul 4 tidak berhenti pada aspek sosial dan ekonomi saja. Ayat-ayat ini juga berlatar belakang peristiwa penting di mana para rasul, yaitu Petrus dan Yohanes, baru saja menghadapi tekanan dari para pemimpin agama Yahudi karena memberitakan tentang kebangkitan Yesus. Meskipun menghadapi ancaman dan larangan untuk tidak lagi berbicara tentang Yesus, mereka justru semakin berani. Ayat 31 menyebutkan bahwa tempat mereka berkumpul berguncang, dan mereka semua dipenuhi Roh Kudus, lalu dengan berani memberitakan firman Allah.

Keteguhan iman inilah yang menjadi fondasi dari kedermawanan mereka. Ketika seseorang begitu yakin akan kebenaran Injil dan kuasa kebangkitan Kristus, ia tidak akan takut kehilangan harta duniawi. Justru, anugerah dan kasih karunia yang melimpah dari Allah membuat hati mereka lapang untuk berbagi dan melayani. "Dan mereka semua mendapat kasih karunia yang melimpah" bukan hanya berarti mereka diberkati secara rohani, tetapi juga secara praktis. Kehidupan mereka menjadi bukti hidup bahwa iman kepada Kristus membawa berkat yang tak terhingga, baik dalam hal spiritual maupun materi, terutama ketika diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama.

Kisah Inspiratif untuk Masa Kini

Kisah para rasul ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Kristen masa kini. Di tengah masyarakat yang seringkali menekankan individualisme dan kepemilikan pribadi, teladan komunitas Kristen awal ini menjadi pengingat akan esensi sejati dari iman. Kedermawanan bukan hanya tentang memberikan sumbangan, tetapi tentang mengubah pola pikir dan hati untuk melihat semua orang sebagai saudara seiman yang perlu dikasihi dan dilayani. Keteguhan iman juga menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup, dan percaya bahwa Tuhan akan selalu mencukupi segala kebutuhan, terutama ketika kita berfokus pada pelayanan dan kebaikan sesama. Komunitas yang seperti ini adalah komunitas yang bertumbuh dalam kasih dan dipimpin oleh Roh Kudus.