"Lalu Petrus berkata kepadanya: "Mengapa engkau setuju bersepakat mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, mereka yang mengintai kakimu baru saja masuk, dan mereka akan mengusung engkau keluar."
Ilustrasi: Konfrontasi & Pengenalan Kebenaran Ilahi
Ayat Kisah Para Rasul 5:8 merupakan momen krusial dalam pelayanan para rasul setelah kenaikan Yesus Kristus. Ayat ini secara spesifik merujuk pada percakapan Petrus dengan Ananias, yang bersama istrinya, Safira, telah menjual tanah dan menyembunyikan sebagian dari hasil penjualannya, namun berpura-pura menyerahkan seluruhnya kepada rasul-rasul. Perbuatan ini dilakukan untuk mendapatkan pujian dan pengakuan di tengah-tengah jemaat mula-mula yang hidup dalam semangat berbagi yang luar biasa.
Petrus, yang dipenuhi Roh Kudus, langsung mengenali ketidakjujuran Ananias. Pertanyaan Petrus, "Mengapa engkau setuju bersepakat mencobai Roh Tuhan?" bukanlah pertanyaan biasa. Ini adalah teguran keras yang menunjukkan betapa seriusnya dosa ini di mata Tuhan. Ananias dan Safira tidak hanya berdusta kepada manusia, tetapi mereka juga mencoba menipu Roh Kudus sendiri, yang hadir dan bekerja di tengah-tengah para rasul.
Kata-kata "mencobai Roh Tuhan" menekankan bahwa mereka tidak hanya menguji kesabaran Roh Kudus, tetapi juga mencoba melihat sejauh mana mereka bisa lolos dari murka ilahi. Mereka menganggap seolah-olah Roh Kudus bisa dikelabui, sebuah kesalahpahaman fatal tentang sifat dan kekuasaan Tuhan.
Bagian selanjutnya dari ayat ini, "Lihatlah, mereka yang mengintai kakimu baru saja masuk, dan mereka akan mengusung engkau keluar," menunjukkan ketegasan dan konsekuensi ilahi yang segera terjadi. Petrus tidak ragu-ragu menyampaikan vonis yang diberikan Roh Kudus. Penggambaran "mengintai kakimu" mengisyaratkan kematian yang datang tiba-tiba. Ananias jatuh dan mati seketika di hadapan Petrus dan orang-orang yang berkumpul.
Peristiwa ini bukan sekadar tentang hukuman mati yang mengerikan, melainkan lebih kepada penegasan tentang kekudusan Tuhan dan pentingnya integritas dalam gereja. Dalam jemaat mula-mula, kemurnian iman dan kejujuran dalam segala hal adalah prioritas utama. Dosa yang merusak kesatuan dan menodai nama Kristus harus ditangani dengan tegas agar tidak menyebar seperti penyakit.
Kisah ini mengajarkan kita tentang keberanian para rasul dalam menyampaikan kebenaran, bahkan ketika itu berarti menghadapi konsekuensi yang mengerikan. Mereka tidak takut untuk bertindak sesuai dengan tuntunan Roh Kudus, demi menjaga kemurnian ajaran dan kekudusan umat percaya. Ini adalah pengingat kuat bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam kejujuran, transparansi, dan integritas di hadapan Tuhan dan sesama. Mengasihi sesama juga berarti berkata benar, bahkan ketika kebenaran itu sulit didengar.
Peristiwa ini, meskipun dramatis, pada akhirnya membawa dampak positif bagi pertumbuhan gereja. "Lalu terjadilah ketakutan besar di seluruh jemaat dan di antara semua orang yang mendengar hal itu" (Kisah Para Rasul 5:11). Ketakutan yang dimaksud di sini adalah rasa hormat yang mendalam kepada Tuhan, yang memicu peningkatan integritas dan kehati-hatian dalam hidup bergereja. Jemaat menjadi lebih kuat dan semakin diteguhkan dalam iman mereka, mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup dan berkuasa, yang melihat segala sesuatu dan menuntut kekudusan dari umat-Nya.