Kisah Para Rasul 6-8: Pelayanan yang Meluas dan Penganiayaan yang Memperkuat

"Tetapi firman Allah semakin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak. Sejumlah besar imam juga menjadi taat kepada iman." (Kisah Para Rasul 6:7)

Bab-bab awal dari Kisah Para Rasul menghadirkan gambaran yang dinamis tentang pertumbuhan gereja perdana. Dalam rentang pasal 6 hingga 8, kita menyaksikan bagaimana pelayanan para rasul tidak hanya berfokus pada pengajaran Injil, tetapi juga pada pelayanan praktis yang menjawab kebutuhan jemaat. Peristiwa-peristiwa ini menjadi fondasi bagi penyebaran iman Kristen di luar batas Yerusalem, meskipun diiringi dengan tantangan dan penganiayaan yang signifikan.

Penyelenggaraan Pelayanan: Tujuh Diaken Dipilih

Pada Kisah Para Rasul pasal 6, timbul keluhan di antara para jemaat berbahasa Yunani karena para janda mereka terabaikan dalam pembagian bantuan harian. Hal ini menjadi momen krusial di mana para rasul menyadari pentingnya delegasi tugas. Mereka memutuskan untuk tidak mengabaikan pelayanan firman untuk urusan melayani meja, melainkan menyerahkan tugas administratif dan pelayanan fisik kepada tujuh orang yang memiliki hikmat dan dipenuhi Roh Kudus. Pemilihan tujuh diaken ini, termasuk Stefanus yang nantinya menjadi martir pertama, menunjukkan prinsip kepemimpinan yang efektif dan kepedulian terhadap seluruh anggota jemaat. Pemilihan mereka disertai dengan doa dan penumpangan tangan, menandakan pengakuan dan pemberdayaan dari para rasul. Inilah bukti awal bagaimana gereja beradaptasi dengan pertumbuhan dan mengelola sumber daya secara efisien demi kelancaran penyebaran Injil.

Orang-orang berkumpul,
Para rasul berdoa dan
melayani meja.
Pelayanan yang meluas. Kisah Para Rasul 6

Ilustrasi sederhana tentang para rasul yang mendelegasikan tugas pelayanan.

Stefanus: Pelayanan dan Kesaksian yang Berani

Stefanus, salah satu dari tujuh diaken, tampil sebagai sosok yang menonjol dalam Kisah Para Rasul pasal 6 dan 7. Diberkahi dengan karunia berbicara dan hikmat, ia melakukan banyak mukjizat dan tanda di antara orang banyak. Namun, kesaksiannya yang kuat tentang Yesus Kristus membangkitkan kemarahan kelompok-kelompok tertentu. Ia dituduh menghujat Allah dan Musa, yang berujung pada persidangan. Dalam pidato pembelaannya yang panjang, Stefanus dengan tegas memaparkan sejarah bangsa Israel, menunjukkan bagaimana umat pilihan sering kali menolak para utusan Allah dan bahkan membunuh Mesias yang telah dinubuatkan. Kisahnya menjadi titik balik, di mana iman Kristen mulai berbenturan langsung dengan otoritas agama yang ada.

Penganiayaan Pertama: Penyebaran Injil ke Samaria

Kematian Stefanus dalam Kisah Para Rasul pasal 7 menjadi pemicu penganiayaan besar-besaran terhadap gereja di Yerusalem. Rasul-rasul sendiri tetap berada di Yerusalem, tetapi jemaat lainnya tersebar ke seluruh Yudea dan Samaria. Paradoxically, penganiayaan ini justru menjadi alat bagi Allah untuk memenuhi amanat Kristus, yaitu menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.

Di antara mereka yang tersebar adalah Filipus, yang memberitakan Kristus di Samaria. Firman Tuhan tidak terhalang oleh permusuhan historis antara orang Yahudi dan Samaria. Mukjizat dan tanda terjadi, bahkan orang-orang yang sebelumnya diragukan oleh orang Yahudi kini menerima Kristus. Petrus dan Yohanes datang ke Samaria untuk memberikan karunia Roh Kudus kepada mereka yang telah percaya, menandakan penerimaan penuh orang Samaria ke dalam persekutuan orang percaya.

Pasal 8 juga mencatat pertemuan Filipus dengan seorang sida-sida dari Etiopia, seorang pejabat penting. Melalui percakapan yang diawali dengan penafsiran Kitab Yesaya, Filipus menginjili sida-sida tersebut dan membaptisnya. Peristiwa ini adalah contoh gemilang bagaimana Injil mulai menjangkau orang-orang bukan Yahudi, memperluas cakupan Kerajaan Allah melampaui batas-batas bangsa dan budaya.

Kisah para rasul dalam pasal 6 hingga 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan gereja tidak selalu mulus. Ada masalah internal, perselisihan, dan juga tekanan eksternal yang keras. Namun, di setiap tantangan, Allah bekerja untuk memajukan rencana-Nya, menggunakan hamba-hamba-Nya yang setia untuk menyebarkan berita keselamatan ke berbagai penjuru. Pelayanan yang terorganisir, kesaksian yang berani, dan penganiayaan yang justru mendorong penyebaran, semuanya adalah bagian tak terpisahkan dari kisah iman yang terus berkembang.