Ayat dari Kisah Para Rasul 7:19 ini mengisahkan tentang periode kelam dalam sejarah bangsa Israel, saat mereka berada di bawah kekuasaan Firaun yang zalim di Mesir. Ayat ini menjadi saksi bisu dari betapa kejamnya penindasan yang dialami oleh nenek moyang bangsa Israel.
Firaun, yang pada masa itu memerintah Mesir, memandang bangsa Israel sebagai ancaman. Seiring bertambahnya jumlah mereka, Firaun merasa kekuasaannya terancam. Alih-alih melihat mereka sebagai sumber tenaga kerja atau bagian dari masyarakat, ia memilih untuk menindas dan memusnahkan mereka. Tindakan "mencerdik" yang disebutkan dalam ayat tersebut merujuk pada strategi licik Firaun untuk mengendalikan populasi bangsa Israel. Strategi ini bukan sekadar penindasan biasa, melainkan sebuah upaya sistematis untuk menghilangkan mereka dari muka bumi.
Salah satu bentuk kekejaman yang paling mengerikan adalah perintah Firaun untuk membuangkan bayi laki-laki mereka yang baru lahir. Bayi-bayi yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa itu justru diperintahkan untuk dibuang, diasingkan, atau bahkan dibunuh. Tujuan dari perintah ini sangat jelas: untuk mencegah bangsa Israel berkembang biak dan pada akhirnya punah. Ini adalah tindakan yang sangat biadab, sebuah serangan langsung terhadap kelangsungan hidup sebuah bangsa dan generasi penerusnya.
Kisah ini menunjukkan betapa berbahayanya kekuasaan yang digunakan tanpa belas kasih dan keadilan. Firaun, dalam upaya mempertahankan kekuasaannya, melakukan kejahatan yang sangat besar. Ia mengabaikan nilai kemanusiaan dan mencoba untuk memutus mata rantai kehidupan sebuah bangsa melalui kekerasan dan ketakutan. Penganiayaan ini menciptakan luka mendalam yang membekas dalam memori kolektif bangsa Israel, membentuk identitas mereka sebagai umat yang pernah mengalami penderitaan luar biasa.
Namun, justru dalam kegelapan dan penderitaan inilah iman bangsa Israel semakin teruji. Kisah ini juga merupakan bagian dari narasi yang lebih besar tentang pembebasan mereka dari perbudakan. Betapapun jahatnya rencana Firaun, Allah memiliki rencana yang lebih besar untuk membebaskan umat-Nya. Kisah Para Rasul sendiri menceritakan bagaimana Musa, yang pada awalnya diperintahkan untuk dibuang oleh Firaun, justru diselamatkan dan dibesarkan di istana Firaun sendiri, untuk kemudian menjadi alat pembebasan umat Israel. Ini menunjukkan ironi dan kuasa ilahi yang bekerja di tengah-tengah kesulitan.
Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya keadilan dan kemanusiaan. Kekejaman, penganiayaan, dan upaya untuk memusnahkan sebuah kelompok masyarakat tidak akan pernah dibenarkan. Kisah ini menjadi pengingat abadi tentang perjuangan melawan penindasan dan harapan akan adanya keadilan serta pembebasan, bahkan di tengah situasi yang paling suram sekalipun. Ia merupakan bagian integral dari fondasi kisah keberlangsungan dan kebebasan bangsa Israel, sebuah kisah yang terus relevan hingga kini.