Peristiwa yang terekam dalam Kisah Para Rasul 7:31 membuka jendela ke dalam pengalaman Musa yang luar biasa di gunung Horeb. Ini bukan sekadar peristiwa biasa, melainkan sebuah dialog ilahi yang menandai titik balik penting dalam kehidupan Musa dan dalam sejarah keselamatan umat Allah. Saat itu, Musa tengah menggembalakan domba-domba Yitro, mertuanya, di padang gurun. Kehidupannya tampak tenang, jauh dari hiruk pikuk Mesir yang telah ia tinggalkan.
Di tengah ketenangan itu, sebuah keajaiban terjadi. Musa melihat semak duri yang menyala-nyala, namun tidak terbakar. Fenomena yang luar biasa ini menarik perhatiannya, mendorongnya untuk mendekat dan menyelidiki lebih lanjut. Keheranan adalah reaksi alami manusia ketika dihadapkan pada sesuatu yang melampaui pemahaman akal sehat. Musa, seorang pria yang telah hidup di dunia yang penuh dengan kejadian alami, menjadi takjub melihat api yang tidak menghancurkan.
Namun, keheranan Musa tidak berlangsung lama. Saat ia mengambil langkah lebih dekat, sebuah suara yang berwibawa dan penuh kasih terdengar. Suara itu mengidentifikasi dirinya, "Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Pernyataan ini bukan sekadar pengenalan diri, melainkan penegasan kembali hubungan perjanjian antara Allah dengan para leluhur bangsa Israel. Allah tidak hanya menunjukkan kuasa-Nya melalui semak yang menyala, tetapi juga mengingatkan Musa akan identitas-Nya sebagai Allah yang setia dan selalu hadir bagi umat-Nya, bahkan di tengah kesulitan dan perbudakan di Mesir.
Kisah ini sangatlah signifikan. Bagi Musa, ini adalah panggilan tugas yang besar. Ia diperintahkan untuk kembali ke Mesir dan memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Pengalaman di Horeb memberinya keyakinan bahwa ia tidak sendirian. Allah yang berbicara kepadanya adalah Allah yang sama yang telah berjanji kepada nenek moyangnya, dan Ia akan menyertai Musa dalam setiap langkahnya. Pernyataan "Akulah Allah nenek moyangmu" memberikan jaminan bahwa Allah tidak pernah melupakan janji-Nya, dan bahwa sejarah-Nya dengan umat manusia terus berlanjut.
Bagi kita yang membaca kisah ini, ada beberapa pelajaran penting. Pertama, Allah sering kali mengungkapkan diri-Nya dalam cara-cara yang tak terduga dan ajaib. Kita perlu memiliki hati yang terbuka dan keingintahuan rohani untuk memperhatikan campur tangan-Nya dalam hidup kita, bahkan dalam hal-hal yang tampak biasa. Kedua, pengenalan Allah sebagai "Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub" mengajarkan kita tentang kesetiaan Allah. Ia adalah Allah yang sama dari generasi ke generasi, yang memegang teguh janji-janji-Nya. Ketika kita merasa sendirian atau menghadapi tantangan besar, kita dapat mengingat bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang telah membuktikan kesetiaan-Nya sepanjang sejarah.
Pengalaman Musa di hadapan semak yang menyala-nyala dan mendengar suara Tuhan adalah permulaan dari sebuah perjalanan epik yang akan membentuk identitas bangsa Israel. Ini adalah pengingat bahwa Allah adalah Allah yang aktif, peduli, dan selalu siap untuk bertindak demi umat-Nya. Kisah ini menjadi bukti bahwa di tengah keheranan dan ketidakpastian, kehadiran dan firman Tuhan memberikan arah, kekuatan, dan kepastian.