Kisah Para Rasul 8:24

"Lalu Simon menjawab, katanya: "Bertobatlah kamu dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, kalau-kalau ierianmu itu dapat diampuni."

Doa & Ampunan

Kisah Para Rasul pasal 8 menyajikan momen penting dalam penyebaran Injil Kristus setelah kenaikan-Nya ke surga. Bagian ini khususnya menyoroti tentang Simon si penyihir, yang terpesona oleh kuasa rohani yang dilihatnya melalui para rasul, terutama Petrus dan Yohanes. Simon, yang sebelumnya dikenal karena kekuatan sihirnya di Samaria, ingin membeli kemampuan untuk memberikan Roh Kudus kepada orang lain dengan uang. Tindakannya ini menunjukkan kesalahpahaman mendasar tentang anugerah Allah yang tidak dapat dibeli atau diperdagangkan.

Menghadapi Simon, Rasul Petrus memberikan teguran yang tegas namun penuh belas kasihan. Ayat 24 dari pasal ini merekam respons Simon terhadap perkataan Petrus yang menyatakan bahwa ia akan binasa karena kesombongan dan kebejatan hatinya. Simon, dalam keputusasaan dan ketakutan akan konsekuensi dari perbuatannya, memohon agar para rasul mendoakannya kepada Tuhan. Ia berseru, "Bertobatlah kamu dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, kalau-kalau ierianmu itu dapat diampuni."

Kata-kata Simon ini menjadi poin krusial. Ia mengakui adanya "kejahatan" dalam tindakannya dan menyadari bahwa pengampunan hanya bisa datang dari Tuhan. Ini adalah momen pertobatan yang tulus, meskipun datang setelah ia menghadapi ancaman hukuman ilahi. Permohonannya untuk didoakan menunjukkan pengakuannya atas ketidakmampuannya sendiri untuk memperoleh pengampunan dan harapannya bahwa doa orang lain dapat menjadi jembatan menuju belas kasihan Allah. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa iman yang sejati melibatkan kerendahan hati untuk mengakui dosa dan kerinduan mendalam untuk menerima pengampunan dari sumber yang kudus.

Kisah Simon si penyihir dalam Kisah Para Rasul 8:24 mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar bagi pengampunan Allah jika disertai dengan pertobatan yang tulus. Doa menjadi alat yang ampuh, baik doa pribadi maupun doa syafaat dari orang lain. Momen ini menegaskan bahwa anugerah Allah terbuka bagi siapa saja yang mau berbalik dari jalan yang salah dan mencari pengampunan-Nya dengan hati yang hancur. Kehidupan Simon setelah peristiwa ini memang menjadi perdebatan di kalangan teolog mengenai kedalaman pertobatannya, namun ayat ini sendiri menjadi saksi bisu akan sebuah titik balik, sebuah permohonan putus asa yang menunjuk pada harapan akan belas kasihan Ilahi.

Semangat pertobatan dan doa yang dipancarkan dalam ayat ini seharusnya menginspirasi setiap orang percaya untuk terus menerus memeriksa hati dan pikiran. Kita diingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang kebal dari godaan untuk berbuat salah, namun selalu ada jalan kembali kepada Tuhan melalui pertobatan dan doa yang tekun. Kisah Simon menjadi pengingat abadi bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, yang selalu siap menerima kembali anak-anak-Nya yang datang kepada-Nya dengan kerendahan hati.