Matius 20:12 "mereka tidak mau bekerja sama dengan kami," Bekerja Sama
Ilustrasi visual ayat Matius 20:12

Matius 20:12 - Keadilan dan Kebaikan Tuhan

"mereka tidak mau bekerja sama dengan kami,"

Ayat Matius 20:12, yang dikutip dari perumpamaan pekerja di kebun anggur, seringkali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan. Dalam konteks cerita tersebut, ayat ini diucapkan oleh para pekerja yang sudah bekerja sejak pagi hari. Mereka mengeluhkan para pekerja terakhir yang hanya bekerja satu jam, namun menerima upah yang sama dengan mereka yang bekerja seharian. Kata-kata mereka, "mereka tidak mau bekerja sama dengan kami," mencerminkan perasaan ketidakadilan dan kecemburuan yang timbul akibat perbedaan upah yang dirasakan.

Perumpamaan ini, yang diceritakan oleh Yesus, sebenarnya bertujuan untuk mengajarkan tentang sifat Kerajaan Allah dan cara pandang Tuhan. Pemilik kebun anggur dalam perumpamaan ini bertindak sebagai simbol Tuhan sendiri. Ia memanggil pekerja pada berbagai waktu sepanjang hari, dan pada akhirnya, semua menerima upah satu dinar. Ini bukanlah tentang sistem upah yang adil secara manusiawi, melainkan tentang kemurahan hati dan kebaikan Tuhan yang tidak terbatas.

Memahami Perspektif Tuhan

Ketika kita membaca ayat ini, penting untuk memahami bahwa keluhan para pekerja awal mencerminkan cara pandang manusiawi yang cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang keadilan yang setara atau proporsional. Mereka melihat bahwa waktu dan usaha yang dikeluarkan harus sebanding dengan upah yang diterima. Ini adalah logika yang umum di dunia kita. Namun, perumpamaan ini membawa kita ke dimensi yang berbeda, yaitu dimensi anugerah dan kasih karunia Tuhan.

Pemilik kebun anggur tidak berbuat tidak adil. Ia memberikan apa yang telah dijanjikan kepada setiap pekerja, yaitu satu dinar. Masalahnya bukanlah pada upah yang diberikan, melainkan pada ekspektasi para pekerja awal. Mereka merasa berhak mendapatkan lebih dari sekadar apa yang dijanjikan, karena mereka harus menanggung "beban dan panasnya hari." Perasaan ini wajar dalam konteks pekerjaan duniawi, namun Tuhan tidak beroperasi dengan standar yang sama.

Kebaikan Tanpa Syarat

Tuhan adalah sumber segala kebaikan. Ia memberikan kesempatan kepada siapa pun yang Ia panggil, kapan pun Ia panggil. Ia tidak memandang siapa yang memulai lebih dulu atau yang bekerja paling keras. Yang terpenting adalah menerima tawaran-Nya. Ayat Matius 20:12, meskipun diucapkan dengan nada keluhan, justru menyoroti betapa besar dan murah hati Tuhan. Ia bersedia memberikan upah yang sama, yaitu keselamatan dan hidup kekal, kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, tanpa memandang latar belakang atau seberapa lama mereka telah melayani.

Oleh karena itu, alih-alih merasa iri atau membandingkan diri, kita diajak untuk bersukacita atas kebaikan Tuhan yang melimpah. Kita belajar untuk tidak mengukur anugerah Tuhan berdasarkan usaha kita sendiri, tetapi mengakui bahwa segalanya adalah pemberian cuma-cuma dari-Nya. Kebaikan Tuhan melampaui pemahaman manusiawi tentang keadilan dan kebaikan, menunjukkan kasih-Nya yang tak terhingga bagi semua ciptaan-Nya.