Mazmur 135:8

"Dialah yang memukul mati anak sulung Mesir, baik manusia maupun binatang."

Mazmur 135:8 adalah sebuah pernyataan yang kuat dan mengingatkan kita akan tindakan dahsyat Tuhan dalam sejarah penyelamatan umat-Nya. Ayat ini merujuk pada salah satu peristiwa paling dramatis dalam Kitab Keluaran, yaitu saat Tuhan menghakimi Mesir dan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Kejadian ini tidak hanya menunjukkan kekuatan dan kedaulatan Allah atas segala ciptaan, tetapi juga kasih dan kesetiaan-Nya kepada perjanjian yang telah Ia buat dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.

Mazmur 135:8 "Dialah yang memukul mati anak sulung Mesir, baik manusia maupun binatang."

Ilustrasi visual dari ayat suci, mengingatkan akan kuasa Tuhan.

Kejadian di Mesir dan Maknanya

Peringatan tentang "anak sulung Mesir" adalah pengingat akan kemurkaan Allah yang adil terhadap dosa dan penindasan. Firaun telah berulang kali menolak untuk membiarkan umat Israel pergi, dengan keras hati menentang perintah Allah. Sepuluh tulah yang ditimpakan ke atas Mesir adalah ujian dan peringatan, namun penultima tulah, yaitu kematian anak-anak sulung, adalah pukulan terakhir yang mengguncang Firaun dan seluruh negeri.

Bagi bangsa Israel, kejadian ini menjadi titik balik monumental. Melalui tanda tangan ini, Tuhan secara ajaib menyelamatkan mereka, membuktikan bahwa Dialah penguasa segala sesuatu. Peristiwa Paskah menjadi pengingat tahunan akan pembebasan ini, dan Mazmur 135:8 berfungsi sebagai bagian dari seruan untuk terus mengingat perbuatan besar Tuhan. Ayat ini menekankan bahwa tidak ada kekuatan manusia atau kejahatan yang dapat menahan rencana ilahi. Kedaulatan Allah mencakup seluruh bumi, bahkan di tengah-tengah penderitaan dan penindasan.

Refleksi atas Kedaulatan dan Pembebasan

Ketika kita merenungkan Mazmur 135:8, kita diajak untuk melihat gambaran yang lebih luas tentang karakter Allah: kekuatan-Nya yang tak tertandingi, keadilan-Nya yang pasti, dan pada akhirnya, kesetiaan-Nya untuk membebaskan umat yang dikasihi-Nya. Peringatan ini bukan sekadar cerita sejarah kuno, tetapi sebuah deklarasi abadi tentang siapa Allah itu. Ia adalah Penebus yang kuat, yang mampu mematahkan belenggu perbudakan, baik yang bersifat fisik maupun spiritual.

Ayat ini juga mengajarkan kita pentingnya mengingat tindakan penyelamatan Tuhan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menghadapi tantangan dan kesulitan yang mungkin terasa seperti "mesir" yang memperbudak kita. Namun, seperti bangsa Israel yang dipimpin keluar dari Mesir, kita dipanggil untuk mempercayai bahwa Allah yang sama yang memukul mati anak sulung Mesir juga adalah Allah yang dapat membebaskan kita. Kita diingatkan untuk tidak melupakan karya-karya besar-Nya, tetapi menjadikannya sumber pengharapan dan penguatan iman. Ingatan ini memampukan kita untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan pada janji-janji-Nya yang kekal.