Mazmur 136:7 - Kasih Setia-Nya Kekal

"Dialah yang menjadikan segala langit yang besar, sebab kasih setia-Nya untuk selama-lamanya."

Simbol Langit dan Matahari

Mazmur 136 adalah sebuah nyanyian pujian yang agung, sering disebut sebagai Mazmur Syukur Agung atau "Hallel Agung". Di dalamnya, penulis mazmur berulang kali menggemakan frasa kunci: "bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Frasa ini berfungsi sebagai jangkar yang kuat, mengingatkan kita akan sifat Allah yang tak tergoyahkan dan abadi. Ayat ketujuh, khususnya, membawa fokus kita kepada kebesaran ciptaan-Nya yang terbentang luas di atas kita: langit.

"Dialah yang menjadikan segala langit yang besar, sebab kasih setia-Nya untuk selama-lamanya." Perenungan tentang langit yang tak berbatas ini seharusnya membangkitkan kekaguman dan rasa hormat. Langit, dengan segala keajaibannya—matahari yang memberikan terang dan kehangatan, bulan yang memimpin malam, jutaan bintang yang berkelip bak permata—adalah saksi bisu dari kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta. Ketika kita memandang ke langit pada siang hari, kita disambut oleh hamparan biru tak berujung, simbol keluasan dan kebebasan. Di malam hari, pemandangan menjadi lebih spektakuler, menampilkan galaksi, nebula, dan alam semesta yang luas yang terus membuat kita bertanya-tanya tentang misteri yang lebih dalam.

Karya Cipta yang Tak Terukur

Kata "segala langit yang besar" dalam terjemahan Bahasa Indonesia menggambarkan cakupan ciptaan yang luar biasa. Ini bukan hanya tentang atmosfer bumi, tetapi juga merujuk pada alam semesta yang lebih luas, setiap benda langit yang ada. Allah tidak hanya menciptakan satu langit, tetapi "segala langit yang besar"—sebuah pernyataan yang menyiratkan kekuasaan tanpa batas, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang begitu luas dan kompleks. Bayangkan luasnya angkasa, miliaran galaksi, setiap bintang yang memiliki sistem planetnya sendiri. Semua ini ada karena kehendak dan firman-Nya.

Bagian yang paling mengherankan dari ayat ini adalah menghubungkan karya penciptaan yang megah ini dengan sifat Allah yang paling mendasar: kasih setia-Nya. Kasih setia-Nya (heced) adalah sebuah konsep Ibrani yang kaya makna, mencakup cinta yang tulus, belas kasih, kebaikan yang tak tergoyahkan, dan janji yang ditepati. Ini adalah jenis cinta yang tidak berubah, tidak bergantung pada kelayakan kita, dan tidak akan pernah berakhir. Ketika penulis mazmur mengatakan bahwa Dia menjadikan langit "sebab kasih setia-Nya", itu berarti bahwa penciptaan itu sendiri merupakan ekspresi dari cinta-Nya yang abadi. Dia menciptakan alam semesta bukan karena Dia membutuhkan sesuatu, tetapi karena sifat-Nya adalah kasih, dan kasih itu ingin berekspresi.

Ini adalah pengingat yang sangat kuat bagi kita, terutama di saat-saat kita merasa kecil atau tidak berarti dalam skala alam semesta. Di tengah kebesaran yang tak terbayangkan, kita diyakinkan bahwa Allah yang menciptakan semua itu adalah Allah yang sama yang mengasihi kita dengan kasih setia yang kekal. Dia memandang ke bawah dari ketinggian langit-Nya yang tak terbatas, bukan dengan ketidakpedulian, tetapi dengan cinta yang mendalam dan abadi. Setiap bintang yang berkelip, setiap awan yang melayang, adalah pengingat visual dari kebesaran-Nya dan kedalaman kasih-Nya yang tidak akan pernah habis. Mazmur 136:7 mengajak kita untuk mengangkat pandangan kita ke langit, bukan hanya untuk mengagumi keindahannya, tetapi untuk melihat di sana cerminan kasih setia Allah yang telah ada sejak kekal dan akan terus ada selamanya.