Ikon Simbol Doa dan Harapan

Mazmur 88:9

"Aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu kesesakan aku berteriak minta pertolongan.

Menyelami Kedalaman Mazmur 88:9

Kitab Mazmur seringkali menjadi pelipur lara dan sumber kekuatan bagi umat beriman. Di dalamnya, kita menemukan ekspresi emosi manusia yang paling dalam, mulai dari sukacita yang meluap hingga keputusasaan yang mencekam. Mazmur 88, khususnya ayat 9, membawa kita pada sebuah titik persimpangan antara kesakitan yang mendalam dan harapan yang masih tersisa. Ayat ini berbunyi, "Aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN, pada waktu kesesakan aku berteriak minta pertolongan."

Fokus pada mazmur 88 9 ini mengungkapkan sebuah realitas universal: pengalaman akan kesesakan. Dalam kehidupan, kita semua pasti pernah atau akan menghadapi masa-masa sulit. Entah itu berupa kehilangan orang yang dicintai, penyakit yang merenggut kesehatan, kegagalan dalam pekerjaan atau studi, atau pergumulan batin yang tak kunjung usai. Saat-saat seperti inilah, manusia cenderung merasa sendiri, terbebani, dan bahkan mungkin merasa ditinggalkan.

Namun, di tengah jurang kesesakan tersebut, Mazmur 88:9 menawarkan sebuah tindakan yang penuh makna. Sang pemazmur tidak hanya meratapi nasibnya, tetapi ia memilih untuk berseru, berteriak kepada Tuhan. Ini bukan teriakan keputusasaan tanpa tujuan, melainkan sebuah seruan iman yang didasari keyakinan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan dan penolong. Kata "berseru" dan "berteriak" menunjukkan urgensi dan keputusasaan, tetapi juga kekuatan iman yang masih bersemayam. Ia tahu kepada siapa ia harus mencari, yaitu kepada Tuhan.

Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 88 adalah salah satu mazmur yang paling kelam. Pemazmur menggambarkan dirinya sebagai orang mati, teman-teman yang menjauh, dan beban yang tak tertanggungkan. Namun, justru di tengah kegelapan pekat inilah, seruan "Aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN" menjadi mercusuar harapan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa bahkan ketika segala sesuatu tampak suram, tindakan berdoa dan mencari Tuhan adalah sebuah pilihan yang selalu tersedia.

Mengalami kesesakan bukanlah tanda kelemahan iman, melainkan bagian dari perjalanan hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita meresponsnya. Mazmur 88:9 mengingatkan kita untuk tidak berdiam diri dalam penderitaan, tetapi untuk secara aktif membawa beban kita kepada Tuhan. Dia adalah sumber kekuatan kita, penghibur kita, dan penolong kita di waktu yang paling genting. Seruan yang tulus kepada Tuhan, meskipun di tengah air mata dan kepedihan, seringkali menjadi awal dari pemulihan dan pembebasan. Ayat ini mengundang kita untuk selalu mengingat bahwa di setiap kesulitan, Tuhan senantiasa mendengar dan siap menolong mereka yang berseru kepada-Nya dengan tulus.

Ilustrasi Tangan Terangkat dalam Doa