"Berapa lama lagi, ya TUHAN, terus-menerus Engkau melupakan kami, dan terus-menerus menyembunyikan wajah-Mu dari kami?"
Ayat Mazmur 89:46 membawa kita pada sebuah refleksi mendalam mengenai hubungan antara umat manusia dan Sang Pencipta, terutama dalam situasi di mana pertolongan terasa tertunda. Lirik yang dibacakan adalah sebuah teriakan hati, sebuah pertanyaan yang menggugah iman, "Berapa lama lagi, ya TUHAN, terus-menerus Engkau melupakan kami, dan terus-menerus menyembunyikan wajah-Mu dari kami?" Pertanyaan ini bukan sekadar ungkapan ketidakpuasan, melainkan sebuah pengakuan atas kerinduan mendalam akan hadirat dan intervensi ilahi dalam kehidupan.
Penulis Mazmur, dalam momen yang mungkin dipenuhi dengan kesedihan, tantangan, atau bahkan rasa ditinggalkan, berani untuk berseru kepada Tuhan. Kata "terus-menerus" memberikan penekanan pada durasi dan intensitas perasaan yang dialami. Ini menunjukkan bahwa situasi yang dihadapi bukanlah kejadian sesaat, melainkan sebuah periode panjang yang menguji kesabaran dan kepercayaan. Rasa "dilupakan" dan "wajah yang disembunyikan" menggambarkan sebuah perasaan terputusnya komunikasi dan dukungan, sebuah kehilangan koneksi yang sangat berarti bagi seorang yang beriman.
Meskipun ayat ini diawali dengan sebuah pertanyaan yang mungkin terdengar pahit, penting untuk mengingat konteks keseluruhan dari Mazmur 89. Mazmur ini sebenarnya adalah sebuah ratapan yang dipenuhi kesetiaan pada janji-janji Allah. Mazmur ini mengingatkan kembali akan perjanjian kekal yang telah dibuat Tuhan dengan Daud, bahwa keturunannya akan memerintah selamanya. Namun, kenyataan yang dihadapi pada masa itu tampaknya kontras dengan janji tersebut.
Pertanyaan dalam Mazmur 89:46 justru menjadi lebih kuat ketika dipahami dalam kerangka janji Allah yang tidak pernah berubah. Kapan pun umat-Nya merasa ditinggalkan, mereka dipanggil untuk kembali merenungkan kebesaran dan kesetiaan Tuhan. Seringkali, dalam masa-masa sulit, kita perlu mengulang kembali kebenaran-kebenaran ilahi yang telah dinyatakan. Meskipun mata fisik tidak melihat, telinga hati dapat mendengar kebenaran janji-Nya yang teguh.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh dengan ketidakpastian, ayat seperti Mazmur 89:46 tetap relevan. Ada saat-saat ketika doa terasa seperti bergema di langit yang hampa, ketika jawaban tidak segera datang, dan ketika kita merasa seolah-olah Tuhan berpaling. Di saat-saat seperti inilah, kita diundang untuk tidak menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, kita diajak untuk memelihara iman, mempercayai bahwa Tuhan tidak pernah benar-benar melupakan umat-Nya, bahkan ketika Dia memilih untuk tidak segera menampakkan diri.
Menyembunyikan wajah-Nya bukan berarti Dia tidak peduli. Kadang-kadang, masa penantian dan pengujian adalah bagian dari proses pembentukan karakter dan penguatan iman. Memohon kepada Tuhan agar Ia tidak terus-menerus menyembunyikan wajah-Nya adalah sebuah langkah awal untuk kembali kepada-Nya, membuka hati, dan memperbarui kepercayaan pada kuasa dan kasih-Nya yang tak terbatas. Ayat Mazmur 89:46 mengingatkan kita bahwa di balik setiap pertanyaan, ada sebuah harapan akan pemulihan dan pengenalan kembali akan kebesaran-Nya.