Ayat Mikha 6:12 adalah sebuah peringatan keras yang diucapkan oleh Nabi Mikha kepada umat Israel. Ayat ini secara gamblang menyoroti kondisi masyarakat yang telah jatuh ke dalam jurang ketidakadilan dan kepalsuan. Frasa "orang-orang kaya di kota itu penuh dengan kekerasan" menggambarkan sebuah realitas di mana kaum berpunya, yang seharusnya menjadi teladan dan pelindung, justru menyalahgunakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menindas sesama. Kekerasan di sini tidak hanya berarti kekerasan fisik, tetapi juga segala bentuk penindasan, eksploitasi, dan ketidakadilan yang dirasakan oleh kaum lemah.
Lebih lanjut, ayat ini menambahkan, "dan penduduknya berbicara dusta dengan lidah mereka." Ini menunjukkan betapa merajalelanya kebohongan dan penipuan dalam kehidupan sehari-hari. Lidah, yang seringkali diibaratkan sebagai api yang dapat membakar, digunakan untuk menyebarkan kebohongan, fitnah, dan janji-janji palsu. Kepercayaan telah terkikis, dan kejujuran menjadi barang langka. Dalam tatanan sosial yang demikian, kebenaran tertindas, dan keadilan sulit ditegakkan. Hal ini menciptakan lingkungan yang penuh kecemasan, ketidakpastian, dan ketidakadilan yang mendalam.
Peringatan ini bukanlah tanpa alasan. Para nabi dalam Perjanjian Lama seringkali diutus untuk membawa pesan Tuhan yang bertujuan memanggil umat-Nya kembali kepada jalan yang benar. Mikha, dengan kerasnya, mengingatkan mereka akan konsekuensi dari tindakan mereka. Tuhan menghendaki umat-Nya hidup dalam kebenaran, keadilan, dan belas kasihan. Sebaliknya, ketika masyarakat memilih jalan kekerasan dan kebohongan, mereka menjauh dari kehendak Tuhan dan membuka diri terhadap murka-Nya.
Secara relevan untuk kehidupan modern, Mikha 6:12 mengajarkan kita pentingnya untuk senantiasa memeriksa hati dan tindakan kita. Apakah kita, dalam skala pribadi atau kolektif, cenderung menggunakan "kekerasan" dalam bentuk apa pun—baik itu melalui keserakahan, penindasan, atau cara-cara yang tidak etis—untuk mencapai tujuan kita? Apakah kita terjerumus dalam "kebohongan" yang merusak kepercayaan dan hubungan? Ayat ini adalah panggilan untuk hidup dengan integritas, di mana perkataan dan perbuatan kita selaras dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
Menjadi pengikut yang sejati berarti tidak hanya beribadah, tetapi juga menerjemahkan keyakinan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan tidak hanya menuntut persembahan korban atau ritual, tetapi lebih dari itu, Ia menghendaki hati yang tulus dan tindakan yang adil. Mikha 6:8 merangkum hal ini dengan indah: "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik, dan apa yang dituntut TUHAN dari padamu: yaitu untuk melakukan keadilan, dan mencintai kesetiaan, dan untuk hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu." Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengajak kita untuk menjadi agen kebaikan dan keadilan di tengah dunia yang seringkali dipenuhi dengan tantangan dan godaan.