"Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, dan dari rumah perbudakan telah menebus engkau; Aku telah mengutus Musa, Harun dan Miryam berjalan di depanmu."
Ayat Mikha 6:4 adalah sebuah pengingat yang kuat akan tindakan kasih dan kedaulatan Allah bagi umat-Nya. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ayat ini merujuk pada peristiwa monumental keluarnya mereka dari perbudakan di Mesir. Allah tidak hanya membebaskan umat-Nya dari penindasan yang kejam, tetapi juga secara aktif memimpin mereka, menunjuk para nabi dan pemimpin untuk memandu jalan mereka. Musa, Harun, dan Miryam adalah tokoh-tokoh kunci yang dipilih oleh Allah untuk melaksanakan rencana-Nya, memimpin bangsa Israel melalui padang gurun menuju tanah perjanjian. Tindakan ini bukan sekadar pembebasan fisik, tetapi juga merupakan tanda awal dari sebuah perjanjian dan hubungan yang dalam antara Allah dan umat-Nya.
Makna dari Mikha 6:4 melampaui peristiwa sejarah semata. Ayat ini mengajarkan kita tentang karakter Allah yang setia dan pemelihara. Allah adalah Dia yang melihat penderitaan umat-Nya, yang mendengar seruan mereka, dan yang bertindak untuk membawa mereka ke kebebasan. Ia tidak pasif dalam menghadapi ketidakadilan; sebaliknya, Ia secara pribadi terlibat dalam kehidupan ciptaan-Nya. Penunjukan para pemimpin seperti Musa, Harun, dan Miryam juga menekankan bahwa Allah sering kali bekerja melalui manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi alat dalam tangan Tuhan, asalkan mereka mau menyerahkan diri dan mengikuti panggilan-Nya.
Lebih dari itu, ayat ini menjadi fondasi bagi pemahaman tentang kasih tanpa syarat dan perintah yang adil. Pembebasan dari Mesir bukanlah karena kebaikan atau kelayakan bangsa Israel, melainkan murni karena kasih karunia dan janji Allah. Namun, setelah dibebaskan, umat Israel juga diberikan perintah-perintah untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Ini menunjukkan bahwa kebebasan yang diberikan Allah tidak berarti kebebasan untuk berbuat sesuka hati, melainkan kebebasan untuk hidup dalam ketaatan yang membawa berkat. Hubungan antara kasih dan perintah ini adalah inti dari iman. Kasih Allah membebaskan, dan kasih kita kepada Allah mendorong kita untuk menaati perintah-Nya.
Dalam kehidupan modern, Mikha 6:4 terus relevan. Kita mungkin tidak mengalami perbudakan fisik seperti bangsa Israel, tetapi kita bisa saja terjebak dalam berbagai bentuk perbudakan: kecanduan, keserakahan, ketakutan, atau keinginan yang menyesatkan. Allah tetap sama, Dia adalah Allah yang ingin membebaskan kita dari belenggu-belenggu tersebut. Dia juga menyediakan panduan melalui Firman-Nya, melalui komunitas orang percaya, dan melalui dorongan Roh Kudus. Penting bagi kita untuk mengenali suara-Nya dan bersedia mengikuti tuntunan-Nya, sama seperti umat Israel yang dituntun oleh Musa, Harun, dan Miryam. Kisah ini adalah bukti bahwa Allah selalu hadir, selalu peduli, dan selalu bertindak untuk membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih penuh makna.