Lalu aku bertanya kepada para bangsawan Yehuda: "Kejahatan apakah ini, yang kamu lakukan, sehingga kamu melanggar hari Sabat?"
Kitab Nehemia mencatat upaya gigih Nehemia untuk memulihkan Yerusalem dan kehidupan rohani umat Allah setelah pembuangan ke Babel. Dalam pasal 13, kita melihat bagaimana Nehemia kembali menghadapi berbagai masalah yang muncul kembali di tengah-tengah umat, bahkan setelah ia melakukan reformasi sebelumnya. Salah satu masalah serius yang diangkat Nehemia adalah pelanggaran hari Sabat. Ayat 17 secara tegas menyoroti pelanggaran ini dan reaksi Nehemia terhadapnya.
Nehemia menanyakan kepada para bangsawan Yehuda, "Kejahatan apakah ini, yang kamu lakukan, sehingga kamu melanggar hari Sabat?" Pertanyaan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah seruan untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka. Hari Sabat adalah perintah penting dari Allah, yang ditetapkan bukan hanya sebagai hari istirahat, tetapi juga sebagai tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Pelanggaran Sabat berarti pengabaian terhadap perintah Allah dan penolakan terhadap perjanjian tersebut.
Di masa Nehemia, pelanggaran Sabat ini diwujudkan dalam berbagai bentuk. Ayat-ayat sebelumnya dalam pasal yang sama menggambarkan bagaimana orang-orang dari Tirus membawa ikan dan barang dagangan lainnya ke Yerusalem pada hari Sabat, dan bahkan menjualnya kepada orang-orang Yehuda dan penduduk Yerusalem. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas perdagangan yang tidak menghormati kekudusan hari Sabat. Para pedagang asing ini, bersama dengan beberapa orang Yehuda yang membiarkan dan bahkan berpartisipasi dalam aktivitas ini, telah mengkompromikan prinsip-prinsip rohani demi keuntungan duniawi.
Reaksi Nehemia sangatlah keras. Ia tidak hanya menegur, tetapi juga mengambil tindakan nyata. Ia memerintahkan agar pintu-pintu gerbang kota ditutup pada hari Sabat sebelum matahari terbenam dan memerintahkan agar para pedagang disingkirkan. Ia bahkan menetapkan beberapa orang Lewi untuk menjaga gerbang agar tidak ada barang dagangan yang masuk pada hari Sabat. Tindakan ini menunjukkan betapa pentingnya bagi Nehemia untuk memulihkan ketaatan terhadap hukum Taurat Allah, termasuk perintah tentang Sabat.
Pelanggaran Sabat adalah cerminan dari masalah yang lebih dalam: kurangnya rasa hormat kepada Allah dan Firman-Nya. Ketika hari Sabat tidak lagi dianggap kudus, itu menandakan bahwa prioritas rohani telah bergeser. Umat Allah, termasuk para pemimpin mereka, telah lalai dalam menjaga hubungan mereka dengan Pencipta. Mereka lebih tertarik pada kesibukan duniawi dan keuntungan materi daripada pada persekutuan dengan Allah dan pemulihan diri secara rohani.
Kisah Nehemia 13:17 memberikan pelajaran berharga bagi kita. Dalam konteks modern, kita mungkin tidak menghadapi masalah pedagang yang menjual barang di hari Sabat seperti di zaman Nehemia. Namun, prinsipnya tetap relevan. Bagaimana kita menggunakan waktu kita pada hari istirahat? Apakah kita memprioritaskan hal-hal yang memuliakan Allah dan membangun iman kita, ataukah kita membiarkan diri kita terseret oleh kesibukan duniawi dan hiburan yang dangkal? Menghormati hari Sabat (atau hari ibadah yang disepakati) adalah cara untuk menunjukkan ketaatan kita kepada Allah, mengenali kedaulatan-Nya atas hidup kita, dan memberikan ruang bagi pemulihan rohani dan persekutuan. Pelanggaran terhadap prinsip ini, sekecil apapun bentuknya, adalah pengabaian terhadap perjanjian kita dengan Allah.