Nehemia 6:19

"Juga mengenai orang-orang bangsawan Yehuda itu, mereka telah berulang kali mengirim surat kepada Tobia, dan surat-surat dari Tobia datang kepada mereka."
NEH 6:19

Ayat Nehemia 6:19 menghadirkan sebuah gambaran yang tajam tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi Nehemia dalam upaya membangun kembali tembok Yerusalem. Di tengah penolakan dan ancaman dari pihak luar seperti Sanbalat dan Tobia, justru muncul sebuah isu internal yang lebih halus namun tak kalah berbahaya: pengkhianatan dari dalam kalangan bangsawan Yehuda sendiri. Ayat ini mengungkapkan adanya komunikasi rahasia dan berulang kali antara para bangsawan Yehuda dengan Tobia, salah satu musuh utama pembangunan tembok. Hal ini menunjukkan adanya perpecahan dan potensi kolaborasi dengan pihak lawan, sebuah situasi yang pasti sangat melemahkan moral dan efektivitas kerja Nehemia.

Tobia dikenal sebagai tokoh yang memiliki banyak koneksi dan pengaruh, baik di antara bangsa-bangsa tetangga maupun di dalam kalangan elit Yehuda. Keberadaan surat-surat yang dikirimkan antara Tobia dan para bangsawan Yehuda mengindikasikan adanya kesepakatan atau setidaknya pertukaran informasi yang merugikan proyek pembangunan. Hal ini bisa berupa pembocoran strategi Nehemia, upaya untuk mengintimidasi para pekerja, atau bahkan rencana untuk menghentikan pembangunan sama sekali. Sikap para bangsawan ini mencerminkan kerapuhan iman dan kurangnya keteguhan hati di hadapan tekanan eksternal dan godaan keuntungan pribadi atau politik. Mereka mungkin tergiur oleh janji-janji Tobia, takut akan kekuatannya, atau merasa bahwa bersekutu dengan Tobia adalah cara untuk menjaga kepentingan mereka sendiri di tengah perubahan kekuasaan.

Namun, di balik gambaran pengkhianatan ini, ada pelajaran penting yang bisa kita ambil. Nehemia sendiri dalam pasal-pasal sebelumnya terus menunjukkan kesetiaan yang teguh kepada Tuhan dan rencana-Nya. Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan, ia tidak pernah berhenti berpegang pada firman dan tuntunan Tuhan. Ayat Nehemia 6:19, meskipun menyoroti kelemahan manusia, juga memperkuat narasi tentang keandalan Tuhan. Di saat para pemimpinnya sendiri goyah, Nehemia tetap kuat karena ia mengandalkan Allah yang tidak pernah berkhianat. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan rohani atau dalam upaya menjalankan kehendak Tuhan, kita mungkin akan menghadapi kekecewaan dari orang-orang terdekat. Namun, fondasi iman yang kokoh pada Tuhan adalah kunci untuk tetap bertahan dan menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita. Kepercayaan pada janji dan kuasa Tuhan adalah jangkar yang akan menjaga kita tetap teguh, bahkan ketika badai keraguan dan pengkhianatan melanda.

Dalam menghadapi tantangan serupa di kehidupan modern, baik itu dalam pelayanan, pekerjaan, atau hubungan keluarga, penting untuk belajar dari Nehemia. Kita perlu mengenali potensi adanya "musuh dari dalam" dan selalu menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan. Kebijaksanaan ilahi akan menuntun kita untuk mengenali situasi yang berbahaya dan memberikan kekuatan untuk menghadapi kelemahan manusiawi. Sebagaimana Nehemia terus bergerak maju dengan dukungan Tuhan, kita pun dipanggil untuk tidak gentar, melainkan mengandalkan Dia sepenuhnya, karena kesetiaan-Nya tidak pernah berubah.