Roma 9:26 – Harapan Kekal dalam Janji Allah

"Dan akan terjadi, bahwa di tempat di mana dikatakan kepada mereka: Kamu bukan umat-Ku, mereka akan disebut anak-anak Allah yang hidup." (Roma 9:26 TB)

Ayat Roma 9:26 ini merupakan kutipan dari Nabi Hosea (Hosea 2:23) yang oleh Rasul Paulus digunakan dalam argumennya tentang kedaulatan Allah dalam memilih dan keselamatan Israel. Inti dari ayat ini berbicara tentang perubahan status yang luar biasa: dari yang dianggap "bukan umat" menjadi "anak-anak Allah yang hidup". Ini adalah janji yang penuh dengan harapan dan penegasan tentang kasih serta rencana Allah yang melampaui pemahaman manusiawi.

Transformasi Status yang Menakjubkan

Dalam konteks Perjanjian Lama, istilah "umat" sering kali merujuk pada bangsa Israel yang dipilih oleh Allah sebagai umat perjanjian-Nya. Namun, karena dosa dan ketidaktaatan, mereka kadang-kadang merasa atau bahkan dianggap terpisah dari hadirat Allah, seolah-olah mereka bukan lagi umat pilihan-Nya. Ayat ini, yang dikutip oleh Paulus, menunjukkan bahwa bahkan dalam keadaan keterasingan atau penolakan, Allah memiliki rencana pemulihan yang radikal. Transformasi dari "bukan umat" menjadi "anak-anak Allah yang hidup" menandakan pemulihan hubungan, penerimaan kembali, dan bahkan pengangkatan menjadi status yang lebih tinggi.

Konsep "anak-anak Allah yang hidup" mengandung makna kepemilikan, hak waris, dan keintiman dengan Allah. Ini bukan sekadar identitas lahiriah, tetapi sebuah status spiritual yang dianugerahkan. Kata "hidup" di sini menekankan bahwa menjadi anak Allah bukanlah sekadar status, melainkan sebuah realitas yang dinamis, penuh kehidupan ilahi, dan berpengharapan kekal. Ini adalah pemulihan hubungan yang utuh dan berkesinambungan dengan Sumber kehidupan itu sendiri.

Implikasi bagi Orang Percaya

Bagi orang percaya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, ayat Roma 9:26 menjadi sumber penghiburan dan kepastian. Ini menegaskan bahwa keselamatan dan pengangkatan menjadi anak Allah tidak bergantung pada garis keturunan atau usaha manusia, melainkan sepenuhnya pada anugerah dan kedaulatan Allah. Rasul Paulus menjelaskan bahwa Allah berdaulat dalam karya penebusan-Nya, dan janji-janji-Nya tidak pernah gagal, bahkan ketika konteks historisnya tampak suram.

Pemahaman akan ayat ini juga mendorong kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam. Kita, yang mungkin pernah merasa jauh atau tidak layak, kini diangkat menjadi bagian dari keluarga Allah melalui iman kepada Yesus Kristus. Janji ini mengingatkan kita bahwa kasih Allah bersifat universal dan mampu menjangkau siapa saja yang percaya, mengubah kegelapan menjadi terang, keterasingan menjadi keintiman, dan kehampaan menjadi kepenuhan hidup.

Lebih dari sekadar status, menjadi anak-anak Allah yang hidup berarti memiliki akses kepada kekuatan ilahi, bimbingan Roh Kudus, dan janji kehidupan kekal. Ini adalah identitas yang kokoh di tengah badai kehidupan, memberikan kekuatan untuk terus berjalan dalam pengharapan, mengetahui bahwa kita adalah milik-Nya dan senantiasa dipelihara oleh kasih Bapa yang setia. Roma 9:26 bukan hanya ayat masa lalu, tetapi firman yang hidup yang terus menginspirasi dan mengokohkan iman kita akan karya penebusan Allah yang ajaib.