Sebuah ilustrasi metaforis tentang perjalanan dan petunjuk ilahi.

Roma 9:31 - Tentang Kerohanian dan Keadilan Ilahi

"Tetapi Israel yang mengejar hukum Taurat untuk kebenaran tidak mencapai hukum itu." (Roma 9:31)

Ayat Roma 9:31 ini merupakan bagian dari diskusi mendalam Rasul Paulus mengenai kedaulatan Allah dan keselamatan umat-Nya, khususnya umat Israel. Dalam konteks pasal 9 sampai 11 Kitab Roma, Paulus bergumul dengan pertanyaan mengapa sebagian besar bangsanya tidak menerima Yesus Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan, sementara orang-orang bukan Yahudi justru banyak yang beriman. Ayat ini menyoroti sebuah paradoks penting dalam pemahaman rohani dan keadilan ilahi.

Pengejaran Hukum Taurat vs. Kebenaran Sejati

Israel, sebagai umat pilihan Allah, memiliki kekayaan warisan hukum Taurat. Mereka secara turun-temurun diajarkan untuk menaati hukum-hukum yang diberikan Allah melalui Musa. Pengejaran hukum Taurat ini seharusnya membawa mereka kepada kebenaran. Namun, Paulus menyatakan bahwa Israel yang mengejar hukum Taurat untuk kebenaran tidak mencapainya. Mengapa demikian?

Kesalahpahaman utama yang dihadapi Israel pada masa itu adalah cara mereka memahami "kebenaran". Mereka menganggap bahwa ketaatan yang ketat terhadap ritual, hukum, dan tradisi secara otomatis akan menjadikan mereka benar di hadapan Allah. Mereka mencari pembenaran melalui usaha manusia dan pencapaian lahiriah, bukan melalui iman kepada Allah yang berdaulat dan karya penebusan yang akan Dia sediakan melalui Mesias.

Kedaulatan Allah dan Iman

Paulus kemudian menekankan bahwa kebenaran yang sejati tidak didapat melalui usaha manusia semata, melainkan datang dari anugerah Allah yang diterima melalui iman. Dalam ayat-ayat sebelumnya, ia berbicara tentang bagaimana Allah berdaulat dalam memilih dan menetapkan, bahkan sejak sebelum kelahiran. Kedaulatan ini tidak berarti Allah tidak adil, tetapi menunjukkan bahwa rencana keselamatan-Nya melampaui logika dan usaha manusia.

Kebenaran yang ditawarkan Allah melalui Yesus Kristus bukanlah hasil dari performa manusia, melainkan sebuah pemberian yang diterima oleh hati yang percaya. Israel, karena berpegang teguh pada sistem kebenaran mereka sendiri yang berfokus pada perbuatan, menutup diri dari kebenaran yang datang melalui iman kepada Kristus. Mereka sibuk membangun jalan mereka sendiri menuju kebenaran, tetapi jalan itu ternyata tidak mengarah pada tujuan yang benar.

Implikasi untuk Kita

Ayat Roma 9:31 memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan rohani kita. Ini mengajarkan kita untuk berhati-hati agar tidak terjebak dalam konsep kebenaran yang bersifat legalistik atau berbasis pencapaian diri. Beriman kepada Allah berarti berserah sepenuhnya kepada kedaulatan-Nya dan menerima anugerah keselamatan-Nya melalui Yesus Kristus dengan iman. Usaha kita untuk hidup benar seharusnya merupakan respons dari kasih karunia yang telah kita terima, bukan upaya untuk "mendapatkan" kasih karunia itu.

Memahami Roma 9:31 membantu kita melihat bahwa jalan menuju kebenaran yang sejati adalah jalan kerendahan hati, penyerahan diri, dan iman. Kita tidak dapat "mencapai" kebenaran dengan kekuatan kita sendiri, melainkan menerimanya sebagai hadiah dari Allah yang mahakasih.