Yehezkiel 10:1 - Kemuliaan Allah Kembali

Lalu aku melihat, dan lihatlah, di atas bentangan langit yang ada di atas kepala kerub-kerub itu ada sesuatu yang seperti takhta, bagaikan permata batu lazurit.
YHWH

Ayat Yehezkiel 10:1 membuka jendela ke dalam visi profetik yang luar biasa bagi Nabi Yehezkiel. Setelah penolakan dan kehancuran Bait Allah di Yerusalem, Allah seolah meninggalkan umat-Nya. Namun, melalui penglihatan ini, Allah menunjukkan bahwa kemuliaan-Nya, meskipun tampaknya menjauh, sesungguhnya tetap ada dan siap untuk kembali, menandakan harapan baru dan rencana ilahi yang berlanjut.

Deskripsi tentang "bentangan langit yang ada di atas kepala kerub-kerub" dan "sesuatu yang seperti takhta, bagaikan permata batu lazurit" memberikan gambaran visual yang kuat tentang kekudusan dan keagungan Allah. Batu lazurit sendiri dikenal karena warnanya yang biru cerah dan dalam, melambangkan kesetiaan, kebenaran, dan kemuliaan surgawi. Ini bukan sekadar gambaran fisik, melainkan simbolisasi dari hadirat Allah yang suci, tak tersentuh oleh kekacauan duniawi, dan tempat dari mana otoritas serta penghakiman-Nya berasal.

Dalam konteks kitab Yehezkiel, visi ini terjadi setelah Yehezkiel menyaksikan kemuliaan Allah meninggalkan Bait Allah (Yehezkiel pasal 9 dan 10 awal). Hal ini tentu menimbulkan rasa putus asa dan pertanyaan mendalam bagi umat yang tertawan. Namun, ayat ini menjadi titik balik krusial. Kemuliaan Allah yang terlihat "di atas" menunjuk pada superioritas dan kekuasaan-Nya yang tidak terpengaruh oleh keadaan duniawi. Ia masih berkuasa, masih berada di tempat yang mulia, dan siap untuk bertindak sesuai dengan rencana-Nya.

Kerub-kerub yang disebutkan adalah makhluk surgawi yang berperan sebagai penjaga dan pembawa takhta Allah. Keberadaan mereka di bawah takhta memperkuat gagasan tentang struktur surgawi yang teratur dan hadirat Allah yang dinamis. Penggambaran ini menegaskan bahwa Allah tidak pasif; Ia adalah Tuhan yang aktif dalam sejarah, yang meskipun menghakimi kejahatan, juga membawa janji pemulihan.

Bagi kita saat ini, Yehezkiel 10:1 mengingatkan bahwa bahkan di tengah badai kehidupan, dalam masa-masa gelap dan penuh ketidakpastian, kemuliaan Allah tetap ada. Penglihatan ini menjadi sumber penghiburan dan kekuatan. Ia mengajarkan bahwa Allah kita adalah Allah yang transenden, yang berkuasa di atas segala situasi, dan yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang mencari Dia dengan tulus. Kemuliaan-Nya yang digambarkan seperti batu lazurit yang cerah, memberikan harapan akan kebenaran ilahi dan pemulihan yang pada akhirnya akan membawa damai sejahtera.