Yehezkiel 10:11 - Kepergian Kemuliaan Tuhan

"Dan ketika mereka berjalan, kerub-kerub itu berjalan bersama mereka, roda-roda berputar di samping mereka; dan kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka."

Ilustrasi Kerub dan Roda di Bawah Kemuliaan Tuhan Representasi visual kerub bersayap empat, roda-roda berputar, dan cahaya ilahi yang menyelimuti. Y-10:11

Kitab Yehezkiel, sebuah kitab kenabian yang kaya akan penglihatan dan nubuat, seringkali membawa pembaca kepada momen-momen dramatis yang sarat makna teologis. Salah satu penglihatan yang paling menggugah perhatian terdapat dalam pasal 10, yang secara spesifik menggambarkan kepergian kemuliaan Allah dari Bait Suci di Yerusalem. Ayat 11 dalam pasal ini menjadi penekanan penting dari peristiwa tersebut: "Dan ketika mereka berjalan, kerub-kerub itu berjalan bersama mereka, roda-roda berputar di samping mereka; dan kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka." Penglihatan ini bukanlah sekadar deskripsi visual, melainkan sebuah simbol yang mendalam tentang kedaulatan Allah, hukuman-Nya, dan janji pemulihan.

Dalam Yehezkiel 10, nabi melihat kerub-kerub—makhluk surgawi yang melayani Allah—bergerak bersama dengan roda-roda yang berputar di samping mereka, dikenal sebagai "ofanim" atau "roda di dalam roda." Gambaran ini menekankan mobilitas dan kedaulatan ilahi. Allah tidak terikat pada satu tempat fisik, bahkan bait-Nya. Pergerakan kerub-kerub dan roda-roda ini menunjukkan bahwa Allah dapat hadir di mana saja, dan kepindahan-Nya adalah sebuah tindakan yang disengaja, seringkali berkaitan dengan penghakiman yang akan datang. Kehadiran kemuliaan Allah Israel di atas mereka menegaskan bahwa ini adalah Allah yang sama yang telah berjanji untuk tinggal di antara umat-Nya, namun kini ia bergerak menjauh sebagai tanda konsekuensi dari dosa dan ketidaktaatan umat.

Konteks historis dari penglihatan ini sangat krusial. Yehezkiel bernubuat di masa pembuangan Babel, ketika Yerusalem dan Bait Suci telah dihancurkan. Penglihatan ini, yang diterima beberapa waktu sebelum kejatuhan kota itu, berfungsi sebagai peringatan terakhir dan penjelasan teologis atas apa yang sedang dan akan terjadi. Kepergian Yehezkiel 10 11 kemuliaan Allah dari Bait Suci menandakan bahwa Allah telah mengizinkan penghukuman atas umat-Nya karena dosa-dosa mereka. Namun, ini bukanlah akhir dari cerita. Penglihatan tentang kemuliaan yang bergerak ini juga menyiratkan bahwa Allah akan kembali. Ini adalah janji pengharapan di tengah keputusasaan.

Makna teologis dari penglihatan ini melampaui peristiwa historisnya. Kemuliaan Allah yang bergerak mengingatkan kita bahwa Allah itu transenden dan imanen. Dia adalah Allah yang mahakuasa yang dapat hadir di mana saja, namun juga Allah yang peduli dan terikat pada perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Ketika Allah meninggalkan Bait Suci, itu adalah tindakan penghakiman, tetapi juga merupakan pendahuluan bagi pemulihan. Penglihatan ini mengajarkan bahwa meskipun umat Allah dapat mengalami perpisahan sementara dari kehadiran-Nya karena dosa, Allah tetap setia pada janji-janji-Nya dan akan membawa umat-Nya kembali kepada-Nya. Penglihatan tentang kerub-kerub dan roda-roda ini menjadi simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan kehadiran Allah yang selalu bergerak, selalu bekerja, bahkan di saat-saat yang paling gelap sekalipun bagi umat-Nya, termasuk dalam babak penting Yehezkiel 10 11.