"Sementara itu seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria, datang ke Efesus. Ia seorang orator yang fasih dan sangat mahir dalam Kitab Suci."
Kisah Rasul 18:24 memperkenalkan kita pada sosok yang penting dalam penyebaran Injil di abad pertama, yaitu Apolos. Ia digambarkan sebagai seorang Yahudi yang berasal dari kota Aleksandria di Mesir, sebuah pusat intelektual dan budaya yang terkenal pada masa itu. Keberadaan Apolos di Efesus, sebagaimana dicatat oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul, menandai titik penting dalam perkembangan komunitas Kristen di sana, terutama ketika ia bertemu dengan Akwila dan Priskila.
Deskripsi Apolos sebagai "orator yang fasih" dan "sangat mahir dalam Kitab Suci" memberinya keunggulan luar biasa. Kefasihannya dalam berbicara memungkinkan ia menyampaikan ajaran dengan jelas dan persuasif, sementara pengetahuannya yang mendalam tentang Perjanjian Lama memberinya landasan yang kuat untuk berbicara tentang Yesus Kristus. Ia mampu menafsirkan kitab-kitab para nabi dan Musa, menghubungkannya dengan kedatangan Mesias. Ini adalah kualitas yang sangat dibutuhkan untuk membimbing orang-orang yang baru mengenal iman Kristen atau untuk mempertobatkan mereka yang masih ragu.
Namun, meskipun memiliki talenta yang luar biasa, ada satu hal yang perlu diperbaiki dari pengajaran Apolos. Ayub dan Priskila, dua sahabat Paulus, menyadari bahwa Apolos hanya mengenal baptisan Yohanes dan belum sepenuhnya memahami ajaran tentang Yesus Kristus yang lebih luas, termasuk karya Roh Kudus dan signifikansi kematian serta kebangkitan-Nya secara mendalam. Ini menunjukkan bahwa pengajaran Injil adalah sebuah proses yang berkembang, di mana kebenaran terus diungkapkan dan diperdalam.
Akwila dan Priskila, dengan kebijaksanaan dan kasih mereka, tidak ragu untuk mengambil Apolos ke samping dan menjelaskan kepadanya "jalan Allah dengan lebih teliti lagi". Mereka menjadi mentor rohani bagi Apolos, melengkapinya dengan pemahaman yang lebih utuh tentang rencana keselamatan Allah melalui Yesus. Ini adalah contoh indah dari kolaborasi dan dukungan dalam tubuh Kristus. Setiap orang dipanggil untuk berkontribusi sesuai dengan karunianya, dan juga untuk menerima bimbingan dari orang lain demi pertumbuhan rohani.
Setelah menerima pemahaman yang lebih lengkap, Apolos menunjukkan kerendahan hati dan semangat yang luar biasa. Ketika ia berencana pergi ke Akhaya, orang-orang Kristen di Efesus menulis surat rekomendasi untuknya kepada para percaya di sana. Ini menunjukkan bahwa Apolos telah diterima dan dihargai karena pelayanannya. Setibanya di Akhaya, ia "sangat membantu orang-orang yang telah menjadi percaya oleh kasih karunia", menggunakan pengetahuannya dan kemampuan retorikanya untuk memperkuat iman mereka, dan secara terbuka membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias, dengan menunjukkan kekuatan argumennya dari Kitab Suci.
Kisah Apolos adalah pengingat bahwa kesempurnaan dalam pengajaran tidak datang dalam semalam. Ia adalah bukti bahwa orang yang memiliki talenta besar pun membutuhkan bimbingan dan pendalaman. Ini juga menekankan pentingnya komitmen untuk terus belajar dan bertumbuh dalam pemahaman akan firman Tuhan. Pelayanan Apolos, yang berawal dari pemahaman yang belum lengkap, kemudian berkembang menjadi kekuatan yang signifikan dalam penyebaran Injil, berkat kesediaan untuk diajar dan kemahirannya dalam Kitab Suci.
Figur Apolos menginspirasi kita untuk selalu haus akan kebenaran, mau menerima koreksi, dan menggunakan setiap karunia yang diberikan Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya. Kita juga melihat pentingnya peran komunitas gereja dalam mendidik dan memperlengkapi para pelayan Tuhan.
Pelajari lebih lanjut tentang pelayanan para rasul di Kisah Para Rasul.