"Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali-tali pada dirimu, sehingga engkau terikat padanya dan tidak dapat bangun dari tempat dudukmu."
Ayat Yehezkiel 3:26 ini sering kali menimbulkan pertanyaan dan renungan mendalam mengenai hubungan antara kehendak ilahi dan kebebasan manusia. Perintah Tuhan agar Yehezkiel terikat dan tidak dapat bangun dari tempat duduknya bukanlah hukuman, melainkan sebuah simbolisasi kuat dari tugas kenabian yang diemban. Dalam konteks pewahyuan dan komunikasi ilahi, kehendak Tuhan sering kali mengintervensi cara kerja manusia, bukan untuk melumpuhkan, tetapi untuk menuntun dan memastikan pesan-Nya tersampaikan dengan tepat.
Tuhan memilih untuk mengikat Yehezkiel sebagai cara untuk menegaskan betapa seriusnya pesan yang akan disampaikan. Ini adalah penekanan pada otoritas ilahi yang tidak dapat ditawar. Bagi Yehezkiel, perintah ini berarti bahwa ia akan berada dalam keadaan yang sepenuhnya siap dan terpusat untuk menerima dan menyampaikan firman Tuhan. Ia tidak akan terganggu oleh urusan duniawi atau keraguan pribadi. Keadaan terikat ini adalah sebuah persiapan rohani yang ekstrem, memungkinkan dia untuk menjadi saluran yang murni bagi kehendak Tuhan.
Interpretasi lain dari "tali-tali" ini bisa dimaknai sebagai beban tanggung jawab kenabian yang sangat berat. Sebagai nabi, Yehezkiel ditugaskan untuk menyampaikan pesan peringatan dan penghakiman kepada bangsa Israel yang telah jatuh ke dalam dosa. Tugas ini penuh dengan tantangan dan risiko. Terikat dalam arti tertentu adalah perlindungan ilahi, memastikan bahwa ia tidak akan mundur dari panggilannya, meskipun menghadapi penolakan atau bahaya. Tuhan memberikan kekuatan dan ketetapan untuk menyelesaikan misi yang diberikan.
Penting untuk dipahami bahwa intervensi ilahi semacam ini tidak menghilangkan kehendak bebas manusia secara keseluruhan. Sebaliknya, dalam kasus Yehezkiel, kehendak bebasnya diarahkan dan diperkuat oleh tujuan ilahi. Ia memilih untuk melayani Tuhan, dan Tuhan kemudian memberinya kemampuan dan kekuatan untuk melakukannya, bahkan dengan cara yang luar biasa. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ada saat-saat ketika Tuhan meminta kita untuk menyerahkan kendali, mempercayai bimbingan-Nya, dan membiarkan kehendak-Nya bekerja melalui kita, meskipun jalannya mungkin terasa sulit atau tidak biasa.
Dalam aplikasi praktis, Yehezkiel 3:26 mengajarkan tentang pentingnya kesiapan spiritual dan kepatuhan total kepada Tuhan. Ketika kita merasa dipanggil untuk melakukan sesuatu bagi-Nya, terutama jika itu di luar zona nyaman kita, kita mungkin perlu mengalami semacam "ikatan"—penyerahan diri pada kehendak-Nya—agar kita dapat berfungsi secara efektif sebagai alat-Nya. Ini adalah undangan untuk mengandalkan kekuatan ilahi dalam menjalani panggilan hidup yang telah ditetapkan bagi kita, memastikan bahwa kita tetap teguh dan fokus pada tujuan yang Tuhan inginkan.