Visualisasi tema peringatan dan kesempatan.
Ayat Yehezkiel 33:5 merupakan sebuah peringatan keras dari Tuhan kepada umat-Nya, khususnya di masa lalu di mana peranan nabi sebagai juru peringatan sangatlah krusial. Ayat ini menggambarkan sebuah skenario yang jelas: ketika ancaman bahaya, yang dilambangkan dengan "pedang", datang, seorang penjaga (yang dalam konteks ini adalah nabi) memiliki tugas untuk memperingatkan rakyat melalui tiupan sangkakala. Bunyi sangkakala itu adalah tanda bahaya yang mendesak, sebuah panggilan untuk bertindak dan mencari perlindungan.
Namun, inti dari ayat ini terletak pada konsekuensi bagi mereka yang mengabaikan peringatan tersebut. Tuhan menetapkan bahwa jika seseorang mendengar suara peringatan tetapi memilih untuk tidak mengindahkannya, dan akibatnya ia terkena bencana, maka tanggung jawab atas nasibnya sendiri ada pada dirinya. Ungkapan "darahnya tertimpa kepadanya sendiri" menegaskan bahwa Tuhan telah memenuhi kewajiban-Nya untuk memberi tahu dan memperingatkan. Keselamatan atau kebinasaan seseorang sebagian besar bergantung pada respons pribadinya terhadap kebenaran dan peringatan yang diberikan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini bukan hanya berlaku bagi nabi di masa lampau. Peringatan ini tetap relevan bagi setiap orang pada zaman sekarang. Tuhan terus memberikan peringatan melalui berbagai cara: melalui Firman-Nya, suara hati nurani, kesaksian orang lain, bahkan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Peringatan ini bisa terkait dengan ancaman dosa yang dapat menghancurkan jiwa, bahaya spiritual, atau konsekuensi dari tindakan yang salah. Tugas kita adalah untuk memiliki telinga yang mau mendengar dan hati yang mau mengerti.
Lebih jauh, Yehezkiel 33:5 menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi. Tuhan tidak ingin ada yang binasa, itulah sebabnya Dia selalu memberikan kesempatan dan peringatan. Namun, kesempatan ini tidak berlangsung selamanya, dan tanggung jawab untuk merespons terletak pada individu. Mengabaikan kebenaran atau peringatan Tuhan sama saja dengan menolak perlindungan dan kasih karunia yang Dia tawarkan. Ayat ini memanggil kita untuk menjadi orang yang peka terhadap suara Tuhan, yang tidak membiarkan kesibukan dunia atau keangkuhan pribadi menghalangi kita untuk merespons peringatan-Nya dengan sungguh-sungguh.
Kesadaran akan ayat ini seharusnya mendorong kita untuk lebih waspada dalam menjalani hidup rohani, selalu memeriksa hati dan tindakan kita, serta siap sedia untuk mendengarkan dan menaati kehendak Tuhan. Peringatan Tuhan adalah tanda kasih-Nya, sebuah kesempatan untuk berbalik dan menemukan keselamatan dalam pelukan-Nya. Jangan biarkan kesempatan itu berlalu begitu saja.