Ayat Yehezkiel 46:3, yang berasal dari bagian akhir kitab Yehezkiel, menggambarkan sebuah visi kenabian tentang bait Allah yang baru dan pemulihan ibadah bangsa Israel. Dalam konteks ini, nabi Yehezkiel diberikan penglihatan yang terperinci mengenai tata tertib ibadah dan pengaturan bait Allah yang akan datang. Ayat ini secara spesifik menyoroti partisipasi "rakyat negeri" dalam ibadah pada hari-hari Sabat dan bulan-bulan baru di hadapan Tuhan.
Perlu dipahami bahwa kitab Yehezkiel ditulis pada masa ketika bangsa Israel mengalami pembuangan di Babel. Bait Allah telah dihancurkan, dan banyak dari tradisi keagamaan mereka terganggu. Melalui penglihatan ini, Tuhan memberikan harapan dan janji pemulihan, bukan hanya secara fisik tetapi juga spiritual. Visi tentang bait Allah yang baru ini melambangkan kehadiran Tuhan yang diperbaharui di tengah umat-Nya.
Yehezkiel 46:3 menegaskan betapa pentingnya ibadah teratur dalam kehidupan umat Tuhan. Hari Sabat, sebagai hari istirahat kudus yang ditetapkan oleh Tuhan, dan bulan baru, yang menandai awal setiap bulan dalam kalender Ibrani, keduanya merupakan momen penting untuk mengarahkan hati dan pikiran kembali kepada Sang Pencipta. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang kewajiban, tetapi juga tentang kesempatan untuk mengalami persekutuan yang mendalam dengan Tuhan.
Kata "beribadah" dalam ayat ini menunjukkan tindakan menyembah, menghormati, dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Ini adalah ekspresi pengakuan atas kedaulatan-Nya, rasa syukur atas kasih karunia-Nya, dan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Ayat ini mengindikasikan bahwa pada bait Allah yang baru, ibadah akan menjadi aktivitas yang sentral dan melibatkan seluruh "rakyat negeri," menunjukkan kebersamaan umat dalam mengalaminya.
Janji yang terkandung dalam visi Yehezkiel ini memiliki makna teologis yang mendalam. Ini adalah gambaran tentang bagaimana Tuhan berhasrat untuk tinggal bersama umat-Nya, dan bagaimana umat-Nya merindukan hadirat-Nya. Ibadah yang teratur, seperti yang digambarkan dalam Yehezkiel 46:3, menjadi sarana bagi umat untuk senantiasa terhubung dengan Tuhan, menerima berkat-berkat-Nya, dan memperkuat iman mereka.
Bahkan setelah pembuangan, melalui nabi Yehezkiel, Tuhan mengingatkan bahwa tujuan akhir adalah pemulihan dan hubungan yang intim. Pengaturan ibadah pada hari Sabat dan bulan baru ini mengingatkan kita bahwa Tuhan menginginkan agar umat-Nya secara konsisten mengingat-Nya dan menghormati-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya ritual, tetapi sebuah undangan untuk mengalami kasih setia dan berkat yang berkelimpahan dari Tuhan yang senantiasa hadir.