Yehezkiel 7:19

"Mereka akan membuang perak mereka ke jalan-jalan dan emas mereka akan dianggap seperti barang najis; perak dan emas mereka tidak akan dapat menyelamatkan mereka pada hari murka TUHAN. Mereka tidak akan memuaskan jiwa mereka dan tidak akan mengisi perut mereka, karena itu menjadi batu sandungan kejahatan mereka."

Makna di Balik Harta yang Dibuang

Ayat Yehezkiel 7:19 menghadirkan gambaran yang sangat dramatis tentang kejatuhan Yerusalem dan bangsa Israel. Firman Tuhan ini bukan sekadar ramalan apokaliptik, melainkan sebuah peringatan keras tentang konsekuensi dari kesombongan, ketidaksetiaan, dan penyembahan berhala yang telah merasuki umat pilihan-Nya. Fokus utama ayat ini terletak pada ketidakberdayaan harta benda materiil di hadapan murka ilahi.

Pada masa itu, emas dan perak melambangkan kekayaan, status, dan keamanan. Bangsa Israel sangat bangga dengan kekayaan mereka, yang seringkali mereka peroleh melalui cara-cara yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Mereka menaruh kepercayaan mereka pada harta benda ini, menganggapnya sebagai benteng yang tidak dapat ditembus. Namun, Yehezkiel menegaskan bahwa pada saat penghakiman Tuhan tiba, semua kekayaan itu akan menjadi tidak berharga. "Mereka akan membuang perak mereka ke jalan-jalan dan emas mereka akan dianggap seperti barang najis." Ini menunjukkan betapa mengerikannya keadaan mereka; harta yang dulu mereka puja kini dibuang begitu saja, tidak lagi memiliki nilai apa pun.

Kehampaan Materi dan Batu Sandungan Kejahatan

Lebih jauh, ayat ini mengungkapkan kehampaan spiritual yang dialami oleh umat tersebut. Harta benda yang mereka miliki tidak mampu memuaskan "jiwa mereka" atau mengisi "perut mereka" dalam artian kebutuhan spiritual dan kepuasan batin yang sejati. Kehidupan mereka telah menjadi dangkal, terfokus pada materi semata, dan ini justru menjadi "batu sandungan kejahatan mereka." Inilah inti dari peringatan Tuhan: ketika fokus hidup seseorang hanya pada harta benda dan kesenangan duniawi, hal itu justru akan membawa mereka pada jurang kejahatan dan kehancuran.

Pesan Yehezkiel 7:19 sangat relevan hingga kini. Di era modern, di mana materialisme seringkali menjadi idola, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak menaruh harapan terakhir kita pada kekayaan duniawi. Kemanusiaan seringkali tergoda untuk mencari kepuasan melalui akumulasi materi, namun kepuasan sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Tuhan dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika hati kita hanya dipenuhi oleh hasrat akan harta benda, kita berisiko kehilangan pandangan terhadap nilai-nilai spiritual yang sesungguhnya dan terperosok dalam "kejahatan" yang akan membawa kita pada kejatuhan yang sama mengerikannya seperti yang dialami bangsa Israel kuno.

Penghakiman yang digambarkan dalam ayat ini adalah konsekuensi dari penolakan berulang-ulang terhadap kasih dan peringatan Tuhan. Harta yang paling berharga bukanlah emas atau perak, melainkan hubungan yang kudus dengan Pencipta, kebenaran, dan kasih. Ketika kita memprioritaskan hal-hal yang bersifat sementara di atas hal-hal yang bersifat kekal, kita sedang menumpuk "batu sandungan kejahatan" bagi diri kita sendiri. Yehezkiel 7:19 menjadi pengingat abadi untuk memeriksa prioritas hidup kita dan memastikan bahwa fondasi spiritual kita kokoh, terlepas dari berlimpah atau tidaknya harta benda materiil yang kita miliki.