"Tetapi para gembala itu menjadi bodoh, dan mereka tidak mencari TUHAN; oleh sebab itu mereka tidak berhasil, dan segala kawanan mereka tercerai-berai."
Ayat Yeremia 10:20 merupakan bagian dari seruan kenabian Yeremia yang ditujukan kepada bangsa Israel pada masa-masa sulit mereka. Dalam konteks kitab ini, seringkali para pemimpin umat, yang seharusnya menjadi gembala rohani, digambarkan gagal dalam tugas mereka. Ayat ini secara gamblang menyatakan konsekuensi dari kegagalan tersebut: kebodohan, ketidakmampuan mencari TUHAN, ketidakberhasilan, dan tercerainya kawanan domba.
Kata "gembala" di sini tidak hanya merujuk pada pemimpin agama, tetapi juga bisa mencakup para pemimpin politik dan sosial yang memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan melindungi umat. Ketika para gembala ini menjadi "bodoh", artinya mereka kehilangan kebijaksanaan ilahi, mengabaikan hukum-hukum Tuhan, dan lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri atau mengikuti jalan yang sesat. Mereka gagal memahami kehendak Tuhan dan tidak mengarahkan umat kepada-Nya.
Konsekuensi yang paling memilukan adalah ketidakberhasilan. Bukan sekadar kegagalan dalam rencana duniawi, tetapi ketidakberhasilan dalam arti yang lebih luas, yaitu terputusnya hubungan dengan sumber kehidupan dan kekuatan sejati. Ketika manusia, atau sekelompok manusia, menjauh dari Tuhan, mereka akan kehilangan arah dan tujuan. Kehidupan menjadi hampa, dan setiap usaha menjadi sia-sia karena tidak berakar pada kebenaran yang kekal.
Dampak lain yang digambarkan adalah "segala kawanan mereka tercerai-berai." Ini adalah gambaran penderitaan dan kehancuran yang dialami oleh umat ketika kepemimpinan mereka runtuh. Domba-domba yang seharusnya dijaga, dilindungi, dan dipelihara, kini menjadi mangsa bagi bahaya, kehilangan perlindungan, dan tercerai-berai tanpa arah. Mereka menjadi rentan terhadap godaan, penindasan, dan keputusasaan. Gambaran ini seringkali terwujud dalam bentuk pengasingan, perpecahan, dan penderitaan kolektif.
Meskipun berasal dari masa lalu, pesan dalam Yeremia 10:20 tetap relevan. Di era modern ini, kita juga menyaksikan banyak pemimpin, baik di bidang keagamaan, politik, maupun bisnis, yang tampaknya gagal memberikan arahan yang benar. Ketika para pemimpin mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang luhur, dan tidak mencari hikmat dari sumber ilahi, dampaknya dapat sangat merusak. Umat yang dipimpin menjadi bingung, terpecah belah, dan kehilangan makna hidup.
Ayat ini menjadi pengingat penting bagi setiap individu untuk tidak hanya mencari pemimpin yang bijaksana, tetapi juga untuk secara pribadi memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan. Mencari TUHAN berarti mencari kebenaran-Nya, mengikuti ajaran-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai panduan dalam segala aspek kehidupan. Hanya dengan berpegang teguh pada-Nya, kita dapat menemukan keberhasilan sejati dan tidak akan pernah tercerai-berai oleh badai kehidupan. Kebijaksanaan yang berasal dari Tuhan adalah fondasi yang kokoh bagi setiap kepemimpinan yang melayani dan bagi setiap individu yang mencari makna hidup yang abadi.