Gambar simbol tanah liat dibentuk oleh tangan.

Yeremia 18:3 - Tuhan Sang Pengrajin yang Agung

"Maka turunlah aku ke rumah pengerajin itu; dan lihatlah, ia sedang mengerjakan sesuatu di atas sebuah meja putar."

Ayat Yeremia 18:3 membuka sebuah perumpamaan yang sangat mendalam tentang hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya. Di sini, Tuhan memerintahkan Nabi Yeremia untuk turun ke rumah seorang pengerajin tembikar. Gambaran ini bukan sekadar adegan biasa, melainkan sebuah metafora visual yang kuat untuk mengajarkan kebenaran ilahi. Tuhan, dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, menggunakan aktivitas sehari-hari seorang pengerajin untuk mengungkapkan sifat-sifat-Nya dan rencana-Nya bagi umat manusia.

Sang pengerajin tembikar memiliki tanah liat di tangannya, sebuah bahan mentah yang lembut dan lentur, namun berpotensi menjadi sesuatu yang indah dan berguna. Demikian pula, Tuhan memandang Israel, dan setiap individu, sebagai tanah liat di tangan-Nya. Tanah liat ini bisa dibentuk, diubah, dan dibaharui sesuai dengan kehendak sang pengrajin. Ketaatan dan kesediaan untuk dibentuk oleh tangan Tuhan adalah kunci dalam proses ini.

Meja putar (atau roda tembikar) yang disebutkan dalam ayat ini adalah simbol pergerakan, transformasi, dan juga pengawasan. Sang pengerajin tidak hanya memegang tanah liat, tetapi ia terus-menerus memutarnya, membentuknya dengan setiap sentuhan, dan menjadikannya pusat dari pekerjaannya. Ini mencerminkan bagaimana Tuhan terus-menerus bekerja dalam kehidupan kita, membentuk karakter kita, menguji kesabaran kita, dan memurnikan hati kita. Ketika kita merasa berputar-putar dalam kesulitan atau perubahan hidup, ingatlah bahwa Tuhan mungkin sedang membentuk kita menjadi bejana yang lebih baik.

Bukan hanya menciptakan, tetapi juga memperbaiki. Jika tanah liat yang sedang dikerjakan tidak sempurna, sang pengerajin bisa saja memulainya kembali atau memperbaikinya. Ini menunjukkan kasih karunia dan kesabaran Tuhan. Sekalipun umat-Nya berdosa dan menyimpang, Tuhan tidak pernah menyerah. Ia selalu membuka pintu kesempatan untuk pertobatan dan pemulihan. Ia siap untuk memulihkan bejana yang rusak, membentuknya kembali, dan menggunakannya untuk kemuliaan-Nya.

Pelajaran terpenting dari Yeremia 18:3 adalah pengakuan akan kedaulatan Tuhan sebagai Pencipta dan Penguasa segala sesuatu. Ia memiliki hak untuk membentuk ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya yang baik. Namun, Ia tidak pernah membentuk kita secara paksa. Hubungan ini bersifat pribadi dan membutuhkan respons dari kita. Apakah kita bersedia menjadi tanah liat yang lentur di tangan-Nya, ataukah kita menjadi keras kepala dan menolak untuk dibentuk?

Mari kita renungkan bagaimana kita merespons sentuhan tangan Tuhan dalam hidup kita. Apakah kita bersukacita dalam proses pembentukan-Nya, percaya bahwa Ia memiliki rencana terbaik bagi kita, ataukah kita memberontak dan merasa terbebani? Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Sang Pengrajin yang mahir, yang mampu mengubah yang biasa menjadi luar biasa, yang lemah menjadi kuat, dan yang rusak menjadi utuh, asalkan kita membiarkan Dia bekerja. Biarlah hidup kita menjadi kesaksian akan kuasa dan kasih-Nya, sebagai bejana yang dibentuk dan digunakan untuk tujuan mulia-Nya.