Para tuaf-tuaf dan seluruh rakyat berkata kepada para imam dan kepada para nabi: "Kita tidak akan menghukum mati orang ini, sebab ia berbicara demi nama TUHAN, Allah kita."
Gambar: Ilustrasi yang menggambarkan keadilan dan kebenaran yang terungkap.
Ayat Yeremia 26:16 mencatat momen krusial dalam pelayanan Nabi Yeremia. Dalam konteks pasal ini, Yeremia diperhadapkan pada pengadilan oleh para imam dan nabi palsu karena nubuatnya yang keras mengenai kehancuran Yerusalem. Mereka ingin menjatuhkan hukuman mati padanya karena dianggap telah menghujat rumah Tuhan dan kota suci itu.
Namun, reaksi para tua-tua dan seluruh rakyat sangatlah berbeda. Mereka berdiri membela Yeremia. Keputusan mereka didasarkan pada keyakinan bahwa Yeremia berbicara atas nama Tuhan. Ini menunjukkan sebuah kemenangan sementara bagi kebenaran. Keadilan, dalam pengertian yang lebih luas, mulai tampak. Tindakan ini bukan sekadar simpati pribadi, melainkan pengakuan akan otoritas ilahi yang berbicara melalui utusan-Nya.
Ayat ini bukan hanya sekadar cerita masa lalu, tetapi mengandung pelajaran yang relevan untuk masa kini. Ia mengajarkan pentingnya mendengarkan suara kebenaran, bahkan ketika suara itu mungkin tidak populer atau membawa pesan yang sulit diterima. Para tua-tua dan rakyat Yerusalem pada saat itu menunjukkan kebijaksanaan dengan tidak gegabah menghukum mati seorang nabi tanpa pertimbangan yang matang, terutama ketika ia mengklaim berbicara untuk Tuhan.
Kisah ini menyoroti keberanian Yeremia dalam menyampaikan pesan Tuhan yang seringkali tidak menyenangkan. Ia tidak gentar menghadapi ancaman dan permusuhan. Di sisi lain, ini juga merupakan bukti bahwa ada sebagian dari umat Tuhan yang masih memiliki hati nurani dan kemampuan untuk membedakan antara suara Tuhan yang sejati dan suara kepalsuan.
Tindakan para tua-tua dan rakyat dalam membela Yeremia adalah pengingat bagi kita untuk tidak mudah menghakimi, tetapi untuk berusaha memahami dan menguji setiap perkataan. Terutama dalam hal-hal rohani, kita dipanggil untuk bersikap bijaksana, menguji semua roh (1 Yohanes 4:1), dan mencari kebenaran yang sejati.
Dalam dunia yang seringkali penuh dengan informasi yang saling bertentangan, Yeremia 26:16 mengingatkan kita akan nilai kekal dari kebenaran dan keberanian untuk mengungkapkannya. Membela kebenaran Tuhan, bahkan ketika itu sulit, adalah sebuah panggilan yang harus dijawab oleh setiap orang yang mengasihi Tuhan.
Bagaimana kita menerapkan prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari? Pertama, kita perlu melatih diri untuk mendengarkan suara Tuhan melalui Firman-Nya dan doa. Kedua, kita harus berani menyatakan kebenaran, baik dalam skala kecil maupun besar, tanpa takut akan pandangan manusia. Ketiga, kita juga perlu belajar untuk menghargai dan melindungi mereka yang berani berbicara kebenaran, serta menggunakan kebijaksanaan untuk membedakan mana yang benar.
Yeremia 26:16 adalah pengingat bahwa keadilan dan kebenaran, meskipun terkadang harus berjuang keras, pada akhirnya akan menemukan jalannya. Kebaikan dan kebijaksanaan yang ditunjukkan oleh para tua-tua dan rakyat memberikan harapan bahwa bahkan di tengah kesulitan, suara hati nurani dan pengakuan akan kebenaran ilahi dapat menang.
Kebenaran seringkali diuji, namun ia memiliki kekuatan untuk bertahan dan memimpin kita menuju jalan yang benar.