Kitab Yeremia adalah pengingat yang kuat tentang konsekuensi dari ketidaktaatan dan penolakan terhadap firman Tuhan. Dalam pasal 36, kita menyaksikan bagaimana nabi Yeremia, atas perintah Tuhan, menubuatkan kehancuran yang akan datang atas Yerusalem dan Yehuda. Ia diperintahkan untuk menuliskan semua firman Tuhan pada gulungan kitab. Ketika gulungan itu dibacakan kepada raja Yoyakim, alih-alih mendengarkan dan bertobat, raja Yoyakim dengan angkuh merobek gulungan itu dan membakarnya. Tindakan durhaka ini bukan hanya penghinaan terhadap Yeremia, tetapi yang lebih parah, adalah penolakan terang-terangan terhadap pesan Tuhan sendiri.
Namun, kedaulatan dan kehendak Tuhan tidak dapat dihalangi oleh tindakan manusia yang sombong. Tuhan berfirman kepada Yeremia untuk mengambil gulungan lain dan menuliskan firman yang sama, ditambah dengan nubuat tentang hukuman khusus bagi Yoyakim. Ayat Yeremia 36:29 inilah yang menjadi inti dari hukuman ilahi yang ditujukan kepada raja yang menolak kebenaran.
Nubuat ini sangat spesifik dan mengerikan. Tuhan menyatakan bahwa Yoyakim tidak akan memiliki keturunan yang akan melanjutkan garis keturunannya di atas takhta Daud. Ini adalah pukulan telak terhadap harapan dinasti dan janji kekal yang telah diberikan kepada Daud. Selain itu, Tuhan juga meramalkan nasib jasad Yoyakim yang akan dibiarkan terbuang, tanpa penguburan yang layak, mengalami perubahan suhu yang ekstrem – "pada waktu siang kena panas terik dan pada waktu malam kena dingin membeku." Ini adalah simbol dari kehinaan, penolakan, dan pemutusan total dari semua kehormatan dan perlindungan.
Mengapa hukuman seberat itu? Jawabannya terletak pada beratnya dosa Yoyakim: penolakan terhadap firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi-Nya, ditambah dengan keangkuhan dan kesombongannya. Ia memilih untuk mengabaikan peringatan ilahi, dan memilih jalan penghancuran diri. Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa ada harga yang harus dibayar ketika kita menolak kebenaran Tuhan. Tindakan Yoyakim menunjukkan betapa berbahayanya meremehkan atau menantang otoritas ilahi.
Meskipun nubuat ini adalah tentang penghukuman, ia juga memiliki dimensi yang lebih luas. Pesan Tuhan, meskipun ditolak oleh satu orang, tidak dapat dihancurkan. Yeremia diperintahkan untuk menulisnya lagi, menunjukkan ketahanan dan keabadian firman Tuhan. Bahkan ketika manusia berusaha memadamkannya, kebenaran ilahi akan tetap ada. Nubuat tentang Yoyakim juga menjadi peringatan bagi generasi selanjutnya, menekankan pentingnya mendengarkan dan menaati Tuhan, serta konsekuensi tragis dari ketidakpedulian terhadap kehendak-Nya. Ini adalah kisah tentang kedaulatan Tuhan yang mutlak, yang bahkan dalam penghukumannya, menunjukkan keadilan dan ketegasan-Nya.
Untuk memahami lebih dalam konteks ini, bayangkan nabi Yeremia di tengah ancaman dan penolakan, setia menyampaikan pesan Tuhan.
Ilustrasi: Pesan Tuhan yang Tetap Bertahan