Yeremia 36:3 - Pesan Nabi yang Harus Didengar

"Engkau harus membacakan segala firman yang telah Kufirmankan kepadamu, baik perkataan TUHAN maupun perkataan para nabi yang telah Kusuruh kepadamu, baik perkataan dari hari ke hari, untuk mengumumkan penghakiman yang akan menimpa Yerusalem."
Ilustrasi gulungan kitab yang terbuka dan tangan yang menunjuk ke tulisan.

Dalam kitab Yeremia pasal 36, kita menemukan sebuah perintah yang tegas dari Tuhan kepada nabi-Nya. Ayat ketiga secara spesifik memerintahkan Yeremia untuk membacakan seluruh firman yang telah Tuhan sampaikan kepadanya. Ini bukan sekadar pembacaan biasa, melainkan sebuah tindakan penting yang memiliki tujuan mendalam: untuk mengumumkan penghakiman yang akan menimpa Yerusalem. Perintah ini datang pada masa-masa kritis dalam sejarah Yehuda, ketika dosa dan ketidaktaatan bangsa itu semakin memuncak, mengundang murka ilahi.

Perintah "Engkau harus membacakan segala firman..." menunjukkan bahwa pesan-pesan ilahi tersebut harus diwartakan secara utuh dan tanpa pengecualian. Yeremia tidak boleh menyensor atau mengubah apa pun yang telah Tuhan firmankan. Baik itu janji, peringatan, maupun nubuat tentang penghukuman, semuanya harus disampaikan dengan jelas. Hal ini menekankan keutuhan wahyu ilahi dan tanggung jawab besar yang diemban oleh para nabi sebagai penyampai pesan Tuhan. Mereka adalah corong Allah di tengah umat-Nya.

Penekanan pada "baik perkataan TUHAN maupun perkataan para nabi" mengindikasikan bahwa pesan Tuhan disampaikan melalui berbagai cara dan melalui berbagai utusan. Para nabi adalah perpanjangan suara Tuhan, membawa kebenaran dan keadilan ilahi. Pesan yang disampaikan pun bersifat berkelanjutan, "baik perkataan dari hari ke hari," yang menandakan bahwa Tuhan terus berkomunikasi dengan umat-Nya, tidak pernah berhenti memberikan arahan dan peringatan.

Tujuan utama dari pembacaan ini adalah untuk "mengumumkan penghakiman yang akan menimpa Yerusalem." Ini adalah sebuah tindakan peringatan terakhir. Tuhan, dalam kasih dan keadilan-Nya, memberikan kesempatan bagi bangsa itu untuk mendengar, merespons, dan berbalik dari jalan mereka yang sesat sebelum murka-Nya sepenuhnya tercurah. Firman ini, yang seharusnya menjadi sumber pengharapan dan tuntunan, pada akhirnya juga membawa peringatan akan konsekuensi dari penolakan Tuhan.

Kisah dalam Yeremia 36 ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan dan merespons firman Tuhan. Pesan-pesan ilahi, meskipun terkadang sulit dan membawa peringatan, selalu bertujuan untuk kebaikan umat-Nya. Ketika Yeremia akhirnya membacakan gulungan itu di hadapan rakyat, sebagian besar merespons dengan ketakutan dan penyesalan, sementara yang lain, seperti para pejabat istana, mencoba melindungi nabi dan gulungan tersebut. Namun, Raja Yoyakim, dengan keras kepala, justru membakar gulungan itu, sebuah tindakan yang menunjukkan penolakan total terhadap pesan Tuhan. Akibatnya, Tuhan kemudian memerintahkan Yeremia untuk menulis kembali firman-Nya, bahkan dengan ancaman yang lebih berat. Peristiwa ini menjadi pengingat abadi tentang betapa seriusnya Tuhan memandang firman-Nya dan betapa pentingnya kita untuk menanggapinya dengan hati yang terbuka.